Di sisi lain, lemahnya sektor konstruksi di China sempat menekan harga baja tulangan, namun ekspor baja negeri itu justru naik 10 persen secara bulanan pada September menjadi 10,47 juta ton, menopang permintaan batu bara.
Dari sisi pasokan, Australia—pemasok utama lebih dari 50 persen batu bara metalurgi dunia—masih menghadapi penutupan tambang dan gangguan cuaca, sementara ekspor Rusia terbatas oleh sanksi dan hambatan logistik.
Ajaib Sekuritas menilai ketatnya pasokan dan kuatnya produksi baja Asia akan menjaga harga batu bara di atas rata-rata pra-pandemi sebesar USD150 per ton hingga beberapa tahun ke depan.
Untuk ADMR, kinerja semester pertama 2025 masih solid secara operasional. Produksi batu bara naik 16 persen menjadi 3,47 juta ton, sementara penjualan tumbuh 11 persen menjadi 2,88 juta ton.
Namun, pendapatan turun 27 persen menjadi USD444 juta akibat harga jual yang lebih rendah, dengan laba bersih merosot 44 persen menjadi USD139 juta. Meski margin tertekan, posisi kas tetap kuat di USD530 juta dengan belanja modal meningkat hampir dua kali lipat menjadi USD282 juta.