sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Makin Terhimpit Krisis Energi, Dunia Usaha Jerman Lirik Hidrogen

Market news editor Taufan Sukma/IDX Channel
30/12/2022 23:00 WIB
Kelheim sendiri merupakan salah satu dari sekian banyak industri kecil dan menengah, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian utama Eropa.
Makin Terhimpit Krisis Energi, Dunia Usaha Jerman Lirik Hidrogen (foto: MNC Media)
Makin Terhimpit Krisis Energi, Dunia Usaha Jerman Lirik Hidrogen (foto: MNC Media)

IDXChannel – Terganggunya pasokan gas dari Rusia sejak Juni 2022 membuat Jerman didera krisis energi berkepanjangan.

Kondisi ini memaksa kalangan dunia usaha di negara tersebut memutar otak untuk mencari sumber energi alternatif agar mesin produksinya dapat tetap beroperasi.

Seperti halnya yang dilakukan oleh produsen serat asal Jerman, Kelheim Fibers, yang hasil produksinya telah dimanfaatkan untuk berbagai barang harian, mulai dari tampon hingga kemasan teh celup.

Guna menjaga agar lini produksinya tetap berjalan, Kelheim sejauh ini terpaksa memanfaatkan minyak pemanas sebagai pengganti gas. Namun, langkah tersebut berisiko tinggi meningkatkan produksi emisi karbon dalam jangka panjang.

Sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (30/12/2022), Kelheim kini tengah mempertimbangkan untuk mengalihkan kebutuhan energinya ke hidrogen, yang notabene merupakan sumber energi terbarukan yang tentunya jauh lebih bersih.

"Kami ingin menjadi salah satu perusahaan besar pertama di Bavaria yang beralih ke hidrogen," ujar Direktur Pelaksana Kelheim Fibers, Craig Barker, dalam tulisan tersebut.

Upaya mengelola kebutuhan energi memang merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi Kelheim, mengingat kontribusinya terhadap variabel biaya perusahaan sangat besar, mencapai 60 hingga 70 persen.

Kelheim sendiri merupakan salah satu dari sekian banyak industri kecil dan menengah, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian utama Eropa. Baik Kelheim dan juga perusahaan serupa yang lain, kini disibukkan dengan upaya mendiversifikasi bauran energi demi dapat tetap berproduksi.

Sementara bagi pemerintah Jerman, berkurangnya pasokan gas dari Rusia telah memaksa pengaktifan kembali, sekaligus memperpanjang masa penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara, yang sebelumnya telah berupaya ditinggalkan lantaran tidak ramah lingkungan.

Dengan kembali dipakainya jenis pembangkit listrik konvensional itu, dikhawatirkan banyak pihak bakal mengganggu upaya Jerman dalam mencapai target emisi rumah kaca.

Namun, menurut Ekonom, Ifo Klaus Wohlrab, dinamika pencarian sumber energi alternatif ini bagus untuk dilakukan, karena pada akhirnya kelak diyakini dapat mengarahkan masyarakat pada pemakaian dan produksi energi yang lebih hijau.

"Mengandalkan bahan bakar fosil untuk jangka panjang telah terbukti menjadi jalan yang berisiko. Jadi, setidaknya dalam jangka menengah, perusahaan tidak punya pilihan selain melakukan reorientasi diri," ujar Wohlrab.

Serat Kelheim, yang sejauh ini telah memenuhi 85 persen kebutuhan energi dengan gas, sedang dalam pembicaraan dengan para pemangku kepentingan mengenai impor hidrogen dengan perkiraan konsumsi tahunan sekitar 30.000 ton, mulai tahun 2025.

"Kami benar-benar membutuhkan infrastruktur," tulis Kelheim, dalam pernyataan resminya.

Pipa akan dibutuhkan untuk terhubung ke kilang Bayern Oil Jerman dan pelabuhan untuk menutupi permintaan yang tidak dapat dipenuhi perusahaan dari hidrogen yang diproduksi di dalam negeri.

Awal bulan ini, Kementerian Urusan Ekonomi Jerman menyetujui pembangunan jaringan pipa hidrogen pertama di negara itu. Ia juga mengumumkan rencana aksi untuk mendukung perusahaan kecil dan menengah saat mereka beralih ke produksi netral iklim, termasuk memperluas infrastruktur hidrogen.

Investasi besar diperlukan untuk mempercepat pemanfaatan hidrogen, termasuk Undang-Undang Hidrogen untuk memotong birokrasi dan mengatur peningkatan hidrogen dengan cepat.

"2023 harus memberikan dorongan baru untuk investasi dalam energi terbarukan, hidrogen, pembangkit listrik berbahan bakar gas berkemampuan hidrogen, dan jaringan energi," ujar presiden BDEW, Kerstin Andreae. (TSA)

Penulis: Hafiz Habibie

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement