IDXChannel – Sejumlah taipan Tanah Air seperti keluarga Hartono hingga Grup Salim melakukan berbagai sepak terjang dalam memperkuat ekosistem bisnisnya.
Pada awal tahun 2022, bos tambang, Boy Thohir membawa PT Adaro Energy Minerals Indonesia Tbk (ADMR) melantai di bursa dan mencatatkan kinerja saham terbaik di Tanah Air.
Di Januari, taipan Chairul Tanjung juga melakukan rights issueuntuk emiten bank digitalnya, PT Allo Bank Indonesia (BBHI) dengan menggandeng nama-nama besar seperti Grup Salim hingga Bukalapak.
Selanjutnya, Grup Salim bermanuver dengan mengakuisisi berbagai saham sejumlah emiten, termasuk masuk ke saham batu bara milik Grup Bakrie, yakni PT Bumi Resources Tbk (Tbk) melalui rights issue di bulan Oktober tahun ini.
Tak mau ketinggalan, orang terkaya nomor satu di Indonesia, yakni Hartono bersaudara juga membawa emiten e-commercenya, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli untuk manggung di bursa pada bulan November.
Selain itu, pebisnis yang merupakan suami Ketua DPR RI Puan Maharani, Happy Hapsoro juga mengakuisisi dua emiten, yakni PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) dan PT Singaraja Putra Tbk (SINI) di bulan September dan November tahun ini.
Terakhir, konglomerat Low Tuck Kwong, pengendali emiten batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN) juga bermanuver melalui strategi stock split di akhir November 2022 yang diringi oleh kenaikan tinggi harga saham emiten.
Berikut Tim Riset IDX Channel merangkum berbagai manuver dari para taipan Tanah Air sepanjang tahun 2022.
Boy Thohir Bawa ADMR IPO di Januari 2022
Mengawali tahun 2022, emiten batu bara milik Garibaldi ‘Boy’ Thohir, ADMR resmi melantai di bursa pada 3 Januari 2022.
Menurut catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) tersebut manggung di bursa dengan dana Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp660,71 miliar. Sedangkan harga IPO dari emiten ini berada di level Rp100/saham.
Adapun melansir data BEI, harga saham emiten ini langsung melejit setelah melantai di bursa. Bahkan, di tengah sesi perdagangan 20 April 2022 lalu, saham ADMR sempat melonjak hingga Rp3.140/ saham.
Artinya, harga saham ADMR pada periode tersebut sempat melonjak hingga 3.040 persen. Ini menjadikan ADMR sebagai emiten dengan kinerja saham termoncer di Indonesia.
Kendati demikian, sahamnya per penutupan Rabu (21/12) sudah turun di level Rp1.670/saham. Dengan demikian kinerja saham ADMR semenjak IPO hingga periode ini terkerek hingga 1.570 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Melesatnya saham ADMR tak lepas dari cuan naiknya harga komoditas batu bara sepanjang tahun 2022. Melansir data dari Tradingeconomics per Kamis (22/12), dalam setahun belakangan, harga batu bara melambung hingga 136,81persen.
Selain mengerek saham ADMR, berkah ‘boom’ batu bara juga berdampak terhadap kinerja keuangan emiten.
Menurut laporan keuangan emiten hingga 9 bulan 2022, pendapatan bersih ADMR melesat hingga 188,13 persen di periode ini menjadi USD666,48 juta atau setara Rp10,42 triliun dengan asumsi kurs Rp15.632/USD.
Selain itu, laba bersih emiten juga meroket hingga 481,59 persen di periode ini. Adapun laba bersih yang dibukukan selama 9 bulan 2022 sebesar USD284,26 juta atau Rp4,44 triliun.
Rights Issue ala Chairul Tanjung, Ajak Salim hingga Bukalapak Masuk BBHI
Masih di bulan Januari, emiten bank digital milik taipan Chairul Tanjung, BBHI melakukan penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMTED) atau rights issue sebesar Rp4,80 triliun.
Adapun aksi korporasi tersebut dieksekusi oleh PT Indolife Investama Perkasa (Indolife) sebesar Rp623,22 miliar melalui Penambahan Modal dengan Hak Memesan Terlebih Dahulu melalui Penawaran Umum Terbatas III Perseroan (PMHMETD III) pada 14 Januari 2022.
Menyusul transaksi tersebut, Indolife menggenggam saham BBHI sebesar 6 persen atau 1,30 miliar lembar.
Informasi saja, Indolife merupakan enititas usaha yang dimiliki oleh Grup Salim. Sebelumnya, konglomerasi ini sudah masuk dan berinvestasi di BBHI dengan membangun ekosistem dan menyalurkan kredit bagi masyarakat.
Selain menggandeng Grup Salim, terdapat sejumlah investor strategis lainnya yang menyerap aksi korporasi tersebut.
Investor strategis tersebut diantaranya PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), Grab, Traveloka, Growtheum Capital Partners, hingga Carro.
BUKA juga tercatat menyuntikkan modal bagi bank digital tersebut, yakni sebesar Rp1,19 triliun. Adapun kucuran dana tersebut diberikan guna menguasai 2,49 miliar saham BBHI yang diterbitkan melalui rights issue.
Manuver Grup Salim Masuk BUMI hingga Akuisisi Tol Layang MBZ
Selanjutnya, ada konglomerasi Grup Salim yang gencar bermanuver di tahun 2022, mulai dari masuk di saham BUMI pada hingga mengakuisisi Tol Layang MBZ.
Melansir data keterbukaan informasi, Anthoni Salim masuk ke emiten batu bara milik Grup Bakrie, yakni BUMI melalui private placement atau Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD).
Adapun aksi korporasi tersebut direstui para investor dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 11 Oktober 2022.
Dalam rapat tersebut, pemegang saham sepakat menyetujui pelaksanaan private placement, dengan nilai transaksi sebesar USD1,6 miliar (Rp24,57 triliun).
Selain masuk di saham BUMI, Grup Salim juga masuk dalam ekosistem BBHI. Seperti yang telah disinggung di atas, Grup Salim menggenggam saham emiten bank digital tersebut melalui proses rights issue.
Selain itu, Grup Salim juga tercatat membentuk perusahaan patungan atau joint venture dengan PT WIR Asia Tbk (WIRG) pada 7 September 2022 lalu, yang bernama PT Metaverse Indonesia Makmur.
Adapun pendirian perusahaan metaverse tersebut dilakukan melalui anak usaha WIRG yaitu PT Mata bersama PT Surya Semesta Karya Persada, yang merupakan perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Salim.
Dalam keterbukaan informasi turut disampaikan, nilai transaksi pendirian perusahaan patungan tersebut mencapai Rp10 miliar.
Selain perusahaan di atas,perusahaan Grup Salim First Pacific Company Limited, lewat anak usaha tak langsung milik Metro Pacific Tollways Corporation (MPTC), mengakuisisi 40 persen saham konsensi tol PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek yang dimiliki oleh BUMN karya PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dengan nilai Rp4,39 triliun.
Adapun PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek merupakan pengelola jalan tol layang MBZ (Mohamed Bin Zayed) yang merupakan salah satu jaringan Jalan Tol Trans Jawa.
Mengutip penjelasan Metro Pacific Tollways Corporation di website bursa saham Filipina, Jumat (1/7), akuisisi saham tersebut dilakukan oleh PT Margautama Nusantara.
Margautama merupakan anak usaha PT Nusantara Infrastructure Tbk (META), emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sementara, META dikendalikan oleh PT Metropacific Tollways Indonesia (dengan kepemilikan 74,65%), yang merupakan anak usaha Metro Pacific Tollways Corporation.
Keluarga Hartono Bawa BELI IPO
Di bulan November 2022, emiten milik Grup Djarum, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli melakukan IPO dengan saham yang dilepas sebanyak-banyaknya 17,77 miliar saham dengan nominal Rp250/saham.
Adapun perusahaan e-commercetersebut turut didirikan oleh anak dari Robert Budi Hartono, yakni Martin Hartono. Selain itu, pemilik Grup Djarum yaitu Budi Hartono dan Bambang Hartono juga merupakan penerima manfaat akhir atau utlimate beneficial ownership (UBO) dari Blibli.
Berada di bawah naungan Grup Djarum, keterlibatan konglomerasi turut berpengaruh bagi kekuatan ekosistem perusahaan. Adapun grup ini memiliki hubungan asosiasi dengan tiga merek rokok terkemuka termasuk Djarum Super.
Blibli juga mempunyai organisasi nonprofit yang merupakan sponsor utama dalam olahraga badminton yakni Djarum Foundation.
Blibli juga terafiliasi dengan emiten perbankan terbesar di Indonesia yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar di Tanah Air.
Konglomerasi Grup Djarum juga tercatat mengakuisisi salah satu start up pemesanan tiket online di Tanah Air yaitu tiket.com di tahun 2017. Sementara sebanyak 99,99 persen saham tiket.com dikendalikan langsung oleh Blibli.
Selain mengakuisisi tiket.com, Blibli juga mengakuisisi perusahaan ritel untuk memperkuat ekspansi bisnis. Adapun perusahaan ritel tersebut adalah Ranch Market, yang sahamnya diakuisisi sebesar 51 persen pada 30 September 2021.
Tak hanya perusahaan-perusahaan di atas, BELI juga bekerja sama dengan perusahaan lainnya, seperti GOTO, Emtek, Bukalapak, hingga Telkom (Lihat infografik di bawah ini.)
Aksi Caplok Saham MINA hingga SINI ala Happy Hapsoro
Selain keluarga Hartono, taipan lainnya yang bermanuver di bulan November adalah Happy Hapsoro. Asal tahu saja, Happy Hapsoro adalah pebisnis yang merupakan suami dari Ketua DPR RI, Puan Maharani yang mengendalikan PT Rukun Raharja Tbk (RAJA).
Pada 17 November 2022 dn 22 November 2022, Happy Hapsoro bersama koleganya melalui PT Basis Energi Prima, PT Autum Prima Indonesia, dan Batubara Development Pte. Ltd. mnengambil alih PT Singaraja Putra Tbk atau SINI lewat transaksi di pasar negosiasi.
Adapun, menurut manajemen SINI, Happy Hapsoro merupakan Penerima Manfaat Akhir atau UBO dari SINI melalui PT Basis Energi Prima. Adapun PT Basis Energi Prima menggenggam saham SINI sebesar 12 persen.
Sebelumnya, perusahaan Happy Hapsoro tersebut juga menggenggam saham PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA). Melansir data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 20 September 2022, PT Basis Utama Prima merupakan pemegang saham terbesar di MINA, yakni 45,71 persen.
Sebelum mencaplok saham SINI hingga MINA, emiten milik Happy Hapsoro, yakni RAJA juga menjadi perhatian para investor karena mencatatkan kinerja harga saham yang melejit belakangan.
Adapun harga saham emiten gas alam tersebut melambung sejak Juli 1011, bahkan sempat menyentuh Rp1.200 per saham di September dan November 2022.
Melansir data BEI per Rabu (21/12), saham RAJA sudah melesat hingga 427,47 persen sepanjang 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)
Stock Split hingga Euforia Saham BYAN Milik Low Tuck Kwong
Terakhir, di akhir November 2022, emiten Low Tuck Kwong, BYAN melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split)dengan rasio 1:10, yang mana 1 saham dengan nilai nominal Rp100 akan menjadi 10 saham dengan nilai nominal Rp10.
Melansir Akta RUPSLB emiten, aksi korporasi tersebut dilakukan pada 28 November 2022. Selain itu, jumlah saham tercatat setelah stock split menjadi 33.333.335.000 dari sebelumnya 3.333.333.500 saham.
Asal tahu saja, , saham BYAN pada saat akhir cum di Pasar Reguler dengan nilai nominal lama Rp100 per saham tanggal 1 Desember 2022, tercatat pada harga Rp94.500 per saham.
Level harga sebelum stock split tersebut sempat yang tertinggi di bursa, mengalahkan emiten batu bara lainnya, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang dihargai Rp41.625 per saham.
Adapun aksi stock split tersebut berhasil mengerek saham BYAN. Melansir data BEI pada Jumat (2/12), harga saham BYAN terkerek hingga 19,84 persen di level Rp11.325/saham.
Di samping itu, kinerja saham BYAN secara YTD juga meroket. Melansir data BEI, hingga Rabu (21/12), kinerja saham BYAN terkerek hingga 565,74 persen sepanjang 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)
Melambungnya kinerja saham BYAN sepanjang 2022 tentunya berpengaruh terhadap kekayaan dari pengendali emiten ini, yaitu Low Tuck Kwong.
Mengutip Forbes per Rabu (21/12), kekayaan Low Tuck Kwong per hari ini mencapai USD23,8 miliar atau setara dengan Rp371,16 triliun dengan asumsi kurs Rp15.595/USD.
Adapun Forbes menyebutkan, kekayaan Low Tuck Kwong sudah bertambah sebesar 24,12 persen atau USD4,6 miliar (Rp71,74 triliun) secara harian.
Sementara, bila dibandingkan dengan kekayaannya pada 2021, kekayaan bos BYAN kini sudah bertambah USD22,70 miliar (Rp354 triliun) dari kekayaannya di tahun 2021 yang hanya mencapai USD1,1 miliar atau senilai Rp17,15 triliun.
Informasi saja, di tahun 2022, pengendali BYAN tersebut merupakan orang terkaya kedua di Indonesia, setelah bos Djarum dan BCA Hartono Bersaudara. Selain itu, Low Tuck Kwong juga masuk berada di peringkat 802 orang terkaya di dunia per 2022.
Dengan demikian, manuver yang dilakukan oleh para taipan Tanah Air sebagaimana yang disebutkan di atas dapat semakin memperkokoh ekosistem dan kekuatan bisnis mereka di masa mendatang.
Periset: Melati Kristina
(ADF)