Di tengah pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang telah terkoreksi 9,7 persen secara year-to-date (YtD) akibat ketidakpastian tarif Amerika Serikat (AS) dan sorotan investor terhadap arah kebijakan fiskal dalam negeri, aksi ini juga bertujuan untuk menstabilkan harga saham serta menjaga kepercayaan investor.
Buyback dapat memberikan bantalan psikologis bagi pasar serta menunjukkan komitmen emiten terhadap pemegang saham, khususnya di tengah gejolak pasar seperti saat ini.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menjelaskan, buyback selalu menjadi katalis positif bagi pasar, karena mengurangi free float dan mengurangi jumlah saham yang beredar.
“Yang perlu diperhatikan adalah periode buyback serta nilai buyback-nya di angka berapa,” kata Michael, 24 Maret 2025.
Ia menambahkan, "Posisi buyback yang dilakukan di bottom [harga bawah] biasanya mengindikasikan bahwa valuasi perusahaan sudah cukup murah bagi emiten. Tapi untuk mendongkrak pasar modal, buyback tidaklah cukup, karena kita perlu pembuktian dari sisi ekonomi serta moneter, termasuk rupiah."