Berbeda dari yang lain, Yuan China justru naik 0,02% di 6,3840.
Pengamat rupiah, Ibrahim Assuaibi, mengatakan dolar AS masih berada di puncaknya selama 16 bulan terakhir.
"Mata uang AS menekan jeda dalam reli baru-baru ini, mendorong investor untuk bertanya apakah reli melambat. Tetapi patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun mencatat kenaikan moderat pada hari Kamis tetapi mundur dari level tertinggi tiga minggu selama sesi sebelumnya. Lelang obligasi 20 tahun juga mengecewakan," kata Ibrahim di Jakarta, Kamis (18/11).
Di samping itu, data penjualan ritel AS yang kuat awal pekan ini memacu reli dolar baru-baru ini, yang dimulai pekan lalu setelah angka inflasi AS yang kuat mendorong asumsi pasar bahwa Federal Reserve bakal menaikkan suku bunga sekitar pertengahan tahun depan.
Ibrahim membaca Bank Sentral AS hanya akan menyelesaikan pengurangan aset (tapering) pada pertengahan 2022 dan masih terus memantau apakah rekor inflasi tingkat tinggi akan turun seperti yang dia harapkan. (TYO)