Menurut catatan Bloomberg, Anglo American telah lama dipandang sebagai target potensial di antara para penambang terbesar dunia, terutama karena perusahaan tersebut memiliki operasi tembaga besar di Amerika Selatan pada saat sebagian besar industri ingin menambah cadangan dan produksi.
Namun, para peminat tidak tertarik dengan struktur dan campuran komoditas yang rumit, dan terutama karena kedekatannya dengan Afrika Selatan.
BHP memproduksi sekitar 1,2 juta ton tembaga pada 2023 berdasarkan perhitungan ekuitas, sedangkan produksi Anglo adalah 826,000 ton. Hal ini akan memberikan produksi gabungan keduanya sekitar 10% bagian dari pasokan tambang global.
BHP sangat bergantung pada produk bijih besi, di samping batu bara, tembaga dan sebagian kecil nikel. Sementara, Anglo American memiliki bisnis yang lebih terdiversifikasi, termasuk tembaga, berlian, platinum hingga batu bara.
Analis Jefferies LLC mengatakan masalah aturan antimonopoli “kemungkinan akan menjadi masalah” dalam kesepakatan tersebut karena pemerintah menganggap tembaga sebagai mineral penting.