IDXChannel - Nilai tukar (kurs) rupiah masih mengalami pelemahan pada akhir perdagangan Rabu (17/11/2021) sore ini. Rupiah terkoreksi 25 poin ke level Rp14.245 per USD, namun nilai ini lebih baik dibandingkan saat pembukaan yang mencapai Rp14.250.
Adapun pelemahan mata uang Garuda ini sejalan dengan meningkatnya Dolar AS ke titik tertingginya sejak Maret 2017.
"Dolar AS mencapai tertinggi baru sejak Maret 2017 dan diperdagangkan mendekati puncak 16 bulan versus sekeranjang mata uang utama pada hari Rabu, karena serangkaian data ekonomi yang kuat mendorong taruhan untuk kenaikan suku bunga Federal Reserve sebelumnya," kata pengamat rupiah, Ibrahim Assuaibi, di Jakarta.
Data yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan bahwa penjualan ritel AS tumbuh 1,7%, lebih baik dari yang diharapkan. Penjualan ritel inti tumbuh lebih baik dari perkiraan 1,7%.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis James Bullard mengatakan pada hari Selasa bahwa Fed harus "mengarah ke arah yang lebih hawkish" dalam persiapan untuk inflasi tinggi jangka panjang.
Inflasi pada tingkat yang terus-menerus tinggi meningkatkan asumsi bahwa Federal Reserve dapat menaikkan kenaikan suku bunga lebih awal dari yang diharapkan.
"Sekarang data pasar tenaga kerja hari ini menunjukkan bahwa rintangan telah teratasi, kami pikir Bank of England memiliki lampu hijau untuk kenaikan suku bunga pada pertemuan Desember mereka," kata ahli strategi pasar global J.P. Morgan Asset Management Ambrose Crofton, dilansir Reuters, Rabu (17/11).
Sementara dari dalam negeri,pemerintah melalui menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan rasio defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menurun hingga 3,29 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Oktober 2021 atau mencapai Rp548,9 triliun.
Ini menandakan defisit APBN mengalami penurunan dibandingkan Oktober tahun lalu yang sebesar 4,67 persen terhadap PDB. Dengan demikian, defisit anggaran pada tahun ini bisa tetap terkendali di atas 5 persen PDB, menurun dibanding realisasi tahun lalu yang berada di atas enam persen PDB.
Sedangkan defisit anggaran terjadi karena belanja negara yang masih sedikit lebih tinggi yakni Rp2.058,9 triliun daripada penerimaan negara Rp1.510 triliun.
Secara rinci, realisasi belanja negara pada Januari-Oktober 2021 mencapai Rp2.058,9 triliun atau tumbuh 0,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) yakni Rp2.041,8 triliun. Realisasi tersebut telah mencapai 74,9 persen dari target APBN yang sebesar Rp2.750 triliun.
Untuk perdagangan esok hari, Rupiah diperkirakan bakal dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.230-14.280. (TYO)