sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Menakar Dampak Pasar usai BI Kerek Suku Bunga

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
25/04/2024 18:30 WIB
BI mendapat tekanan dari pasar untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga di tengah gejolak makroekonomi yang terjadi, terutama imbas terpuruknya rupiah.
Menakar Dampak Pasar usai BI Kerek Suku Bunga. (Foto: MNC Media)
Menakar Dampak Pasar usai BI Kerek Suku Bunga. (Foto: MNC Media)

Pasalnya, pembelian rumah dan kendaraan bermotor yang biasa dilakukan masyarakat sebagian besar menggunakan fasilitas kredit. Dengan mandegnya kenaikan upah dan era suku bunga tinggi, maka akan membuat konsumsi masyarakat terganggu.

"Kenaikan bunga acuan juga membuat kredit konsumsi lainnya mengalami pelambatan. Bunga di Indonesia sudah tinggi, ditambah naiknya bunga acuan BI makin tinggi lagi," tutur Bhima.

"Pendapatan masyarakat yang dialokasikan untuk bayar cicilan kredit bisa makin besar porsinya dan mengurangi alokasi pembelian barang lainnya," tandas Bhima.

Selain itu, kenaikan suku bunga bisa membuat pinjaman korporasi tertekan, di antaranya kredit usaha. Survei BI terbaru mencerminkan kondisi ini di mana Saldo Bersih Likuiditas melambat 21,32 persen pada kuartal I-2024 dibandingkan 24,42 persen pada kuartal IV-2023.

Kenaikan BI Rate Lampaui Level Pra Pandemi

Sejarah menunjukkan, BI senantiasa menggunakan jurus suku bunga tinggi untuk meredakan panasnya ekonomi Indonesia dan dampak turbulensi makroekonomi global.

Jika menengok catatan sejarah, BI pernah mengerek suku bunga secara agresif pada 2005,2008, 2013, dan 2018.

Dalam periode itu, perekonomian diwarnai dengan lonjakan inflasi serta ketidakpastian global yang sangat tinggi.

Pada 2005, pemerintah menaikkan harga BBM Subsidi sebanyak dua kali. Kenaikan harga BBM langsung melambungkan inflasi pada tahun berjalan menjadi 17,11 persen dengan laju inflasi tertinggi terjadi pada Oktober 2005 yakni 8,7 persen secara bulanan.

Pada 23 Agustus 2022, BI kembali menaikkan suku bunganya ke angka 3,75 persen, dan menaikkan BI rate hingga enam kali pasca pertemuan periode tersebut.

Puncaknya, BI menaikkan suku bunga pada pertemuan Januari 2023 menjadi 5,75 persen. Dalam periode tersebut, BI telah menaikkan suku bunga sebesar 225 bps alias 2,25 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

BI sebelumnya mengerek suku bunga sebesar 225 bps dari 3,50 persen pada Juli 2022, kemudian menahan suku bunga acuan di 5,75 persen pada Februari-September 2023.

Pada Oktober 2023, hasil RDG BI juga menetapkan untuk mengerek suku bunga ke level 6 persen.

Suku bunga Deposit Facility juga naik menjadi 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75 persen.

Keputusan ini berbeda dengan mayoritas proyeksi pelaku pasar yang memperkirakan bank sentral RI tersebut masih akan menahan suku bunga acuan di level 6 persen. Kenaikan kemarin juga menjadi yang pertama sejak Oktober 2023.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement