Tertekan Sikap Hawkish The Fed
The Fed masih menjadi acuan bagi BI dalam menentukan kebijakan suku bunga nya. Padahal, jika dilihat dari tren inflasi, Indonesia sudah cukup sesuai dengan target bank sentral, meskipun ada kenaikan pada Maret 2024. (Lihat grafik di bawah ini.)

Harapan penurunan suku bunga acuan di kawasan Asia, termasuk Indonesia, semakin pudar tahun ini. Inflasi AS yang masih tangguh membuat The Fed semakin ragu menurunkan suku bunga.
Kondisi ini tercermin dari pernyataan terbaru Ketua The Fed Jerome Powell yang mengisyaratkan para pengambil kebijakan akan menunggu lebih lama dari perkiraan sebelumnya untuk memangkas suku bunga
Jika tekanan inflasi terus berlanjut, The Fed dapat mempertahankan suku bunga tetap tinggi selama diperlukan.
“Data terbaru jelas tidak memberi kita kepercayaan diri yang lebih besar dan justru menunjukkan bahwa kemungkinan akan memakan waktu lebih lama dari perkiraan untuk mencapai kepercayaan tersebut,” kata Powell pada Selasa (16/4).
Situasi higher for longer (era suku bunga tinggi dalam waktu yang lebih lama) Fed Fund Rate (FFR) bukanlah apa yang diharapkan para investor pada awal tahun 2024. Namun hal ini harus mereka hadapi saat ini karena inflasi AS terbukti lebih kaku dari perkiraan, berada di kisaran 3 persen, jauh dari target 2 persen yang ditetapkan oleh bank sental.
Pernyataan baru-baru ini oleh Ketua The Fed Jerome Powell dan pembuat kebijakan lainnya telah memperkuat gagasan bahwa penurunan suku bunga tidak akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan.
Faktanya, ada pembicaraan tentang potensi kenaikan satu atau dua kali kenaikan lagi jika inflasi tidak mereda lebih lanjut.
Bahkan, Bank of Japan (BOJ) juga diprediksi akan menaikkan suku bunga lagi pada t2024, menurut dua pertiga ekonom yang disurvei oleh Reuters, (19/4). Namun, tidak ada konsensus yang jelas mengenai kapan tepatnya langkah tersebut akan dilakukan.
Bulan lalu, bank sentral Jepang tersebut mengakhiri suku bunga negatif dan mengakhiri era kebijakan moneter super longgar, dengan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 17 tahun ke kisaran 0,0-0,1 persen.
BOJ juga diprediksi akan menahan diri dari kenaikan suku bunga yang agresif dalam waktu dekat untuk mendukung pemulihan ekonomi yang rapuh, yang juga menyebabkan melemahnya yen terhadap dolar AS. (ADF)