sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Menanti Kejutan Saham Konsumen Jelang Tahun Pemilu 2024

Market news editor Melati Kristina - Riset
09/01/2023 06:30 WIB
Setelah tertekan di 2022, sektor konsumen diproyeksi akan bangkit pada 2023 seiring berbagai katalis positif, termasuk pemilu 2024.
Menanti Kejutan Saham Konsumen Jelang Tahun Pemilu 2024. (Foto: MNC Media)
Menanti Kejutan Saham Konsumen Jelang Tahun Pemilu 2024. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Sektor konsumen mengalami banyak tekanan pada 2022 seiring tingginya inflasi dan lonjakan harga komoditas. Pada 2023, sektor ini diproyeksikan akan memiliki peluang untuk bangkit seiring potensi menjelang pemilu 2024.

Tingginya inflasi di 2022 berdampak signifikan bagi sektor konsumen. Melansir data Bank Indonesia (BI), inflasi Tanah Air di tahun 2022 mencapai puncaknya pada September, yakni hingga 5,95 persen.

Namun demikian, BI mencatat, hingga Desember 2022, angka inflasi sudah turun menjadi 5,51 persen.

Inflasi yang melambung turut memengaruhi perilaku konsumen seiring sektor konsumen yang tertekan di 2022 akibat lonjakan harga komoditas global.

Adapun, menurut riset Ciptadana bertajuk “Equity Market Outlook: Optimism Amidst Uncertainy” yang dirilis pada 27 Oktober 2022, menyebutkan, memasuki 2023, sektor bahan pokok akan mengalami hambatan.

Ini sejalan dengan harga bahan bakar yang melambat menjadi 3,3 persen di 2023 sebagai akibat inflasi domestik yang diperkirakan BI akan mencapai 6 persen di tahun penuh 2022.

“Inflasi yang tinggi menyebabkan kenaikan harga yang tidak merata sehingga memengaruhi pola belanja konsumen hingga mengurangi daya beli masyarakat,” tulis Ciptadana dalam risetnya.

Hal tersebut sejalan dengan survei Nielsen, dikutip dalam riset Ciptadana, yang menyebutkan, pola belanja konsumen kedepannya bakal berubah seiring melonjaknya inflasi karena mereka memilih harga terendah dan mengandalkan promosi.

Akan tetapi, pola ini menyebabkan konsumen lebih memprioritaskan kebutuhan sehari-hari sehingga industri konsumen menaikkan harga jualnya.

“Kami yakin hal tersebut akan menguntungkan sektor konsumen kebutuhan pokok di 2023,” tulis riset tersebut.

Berbeda dengan Ciptadana, riset Mirae Asset Sekuritas bertajuk “Indonesia Strategy 2023 Outlook: Election Boosters” yang diterbitkan pada Selasa (6/12) menyebutkan, sektor konsumen non-siklus akan lebih menguntungkan di tahun 2023.

Menurut Mirae Asset, sektor konsumen non-siklus akan memeroleh peningkatan margin dan pertumbuhan pendapatan yang lebih baik di 2023 sebagai dampak dari harga jual yang lebih tinggi dan normalisasi biaya produksi.

Di samping itu, adanya pemilu presiden, legislatif, hingga kepala daerah hingga tahun 2024 juga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen hingga belanja konsumen di masa pra-pemilu.

Senada dengan Mirae Asset, BRI Danareka Sekuritas dalam risetnya yang dirilis pada Desember 2022 dengan judul “Market Outlook” mengatakan, dalam dua tahun menjelang pemilu, perusahaan konsumen tercatat membukukan pertumbuhan yang stabil.

Menurut BRI Danareksa Sekuritas, pendapatan emiten konsumen di tahun 2009 tumbuh hingga 14,2 persen sebelum pemilu. Kemudian, di tahun 2014, perusahaan industri ini juga mengalami pertumbuhan yang lebih kuat, yakni mencapai 16 persen.

Kendati demikian, pertumbuhan perusahaan konsumendi tahun 2019 justru melemah dibanding tahun 2014, yakni hanya bertumbuh sebesar 7,3 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sedangkan, BRI Danareksa juga memproyeksikan, di tahun 2023 mendatang sektor ini akan kembali diuntungkan dari adanya pemilu.

“Kami yakin perusahaan konsumen akan diuntungkan dari kegiatan ekonomi yang kembali normal, pertumbuhan ekonomi yang solid, hingga kenaikan omzet menjelang periode pemilu,” tulis BRI Danareksa dalam risetnya.

Di samping itu, BRI Danareksa juga memilih PT Mayora Indah Tbk (MYOR) sebagai pilihan utama emiten konsumen seiring potensi keuntungan dari pelaksanaan pemilu.

Menurut penilaian BRI Danareksa, selama tiga periode pemilu sebelumnya, MYOR mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih yang paling kuat di antara emiten konsumen lainnya sebelum periode pemilu.

“Untuk 2023, manajemen optimistis akan rekam jejak pertumbuhan yang solid dengan margin yang lebih tinggi dan biaya input yang lebih rendah,” tulis riset tersebut.

Di samping itu, BRI Danareksa juga memilih PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebagai pilihan teratas sektor ini, mengingat posisi perusahaan sebagai pemimpin pasar mie instan Tanah Air dengan pertumbuhan keuangan yang stabil.

Selain dua emiten yang disebutkan di atas, emiten konsumen lainnya yang turut potensial di tahun 2023 adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement