Selain internal, Krakatau Steel juga tengah menghadapi eksternal berupa serbuan baja impor dari China yang semakin masif dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi tersebut mengancam eksistensi industri baja nasional.
Akbar Djohan menilai, industri baja nasional tengah berada di persimpangan jalan. Tanpa perlindungan dan dukungan kebijakan yang tepat, Indonesia akan terus didera pada impor baja di tengah kapasitas dalam negeri yang mencukupi kebutuhan.
“Regulasi dan kebijakan dari pemerintah serta dukungan dari DPR sangat krusial. Ini bukan hanya soal kepentingan satu perusahaan, tapi tentang menjaga kedaulatan industri strategis nasional,” ujar Akbar.
Menurut Akbar, tantangan terbesar yang dihadapi industri baja nasional adalah membanjirnya produk baja impor murah, terutama dari China.
Dalam tiga tahun terakhir, ekspor baja China melonjak drastis, dari 67 juta ton pada 2022 menjadi 90 juta ton pada 2023, dan mencapai 117 juta ton pada 2024. Sekitar 50 persen dari ekspor itu mengalir ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia.