sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Menengok Pasar Surat Utang Jelang 2024, akankah RI Lebih Menarik?

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
18/12/2023 18:09 WIB
Kinerja pasar surat utang di Indonesia cukup positif sepanjang 2023.
Menengok Pasar Surat Utang Jelang 2024, akankah RI Lebih Menarik? (Foto: Freepik)
Menengok Pasar Surat Utang Jelang 2024, akankah RI Lebih Menarik? (Foto: Freepik)

Meski demikian, secara global, Allianz Global Investor menyebut imbal hasil (yield) kini berada pada tingkat tertinggi selama lebih dari satu setengah dekade, seiring dengan krisis ekonomi yang akan terjadi, biasanya akan membuat obligasi negara maju menjadi menarik secara obyektif. Namun demikian, menentukan waktu puncak imbal hasil obligasi masih sulit.

“Kita akan lebih nyaman jika penetapan harga pasar terhadap jalur suku bunga bank sentral di masa depan lebih konservatif dan mencerminkan suku bunga “lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama,”ujar Stefan Hofrichter, Head of Global Economics & Strategy.

Sementara sepanjang semester pertama 2023, pasar obligasi Asia kurang dari USD5 miliar dalam jumlah penerbitan dan kurang dari 10 transaksi utama.

“Memasuki tahun 2024, nilai obligasi yang jatuh tempo diperkirakan akan meningkat, dan kami mengantisipasi jumlah penerbitan obligasi Asia semester pertama lebih dari dua kali lipat dibandingkan 2023,” tulis Norbert Ling, Manajer Portofolio Kredit ESG di Invesco Fixed Income.

Keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunganya menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru menjadi angin segar termasuk bagi obligasi Indonesia.

Sebelumnya, dalam kesempatan lain Ekonom sekaligus Direktur CELIOS, Bhima Yudhistira mengatakan ini menjadi sinyal positif bagi pasar obligasi Indonesia.

"Ini adalah keputusan yang perlu disambut dengan kegembiraan, terutama bagi negara-negara berkembang, karena ini menunjukkan bahwa puncak dari kenaikan suku bunga The Fed sudah mulai melandai, sudah mulai reda," ujar Bhima kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Kamis (14/12/2023).

Hal ini juga karena beberapa bulan sebelumnya ketika masih ada dorongan untuk hawkish dari The Fed sudah menimbulkan tekanan yang cukup besar, baik di pasar modal maupun pasar surat utang pemerintah Indonesia.

Diketahui Indonesia juga telah merevisi target penjualan obligasi 2023 menjadi Rp437,83 triliun (setara USD27,90 miliar) untuk menutupi belanja negara awal tahun depan, sekitar 20 persen lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

“Kami saat ini melihat bahwa secara global surat utang ditopang adanya ekspektasi dipertahankannya suku bunga FFR oleh The Fed dan juga semakin menguatnya pasar surat utang di global,” tegas Direktur Pengawasan Lembaga Efek dan Lembaga Penunjang OJK, Arif Budiman.

Kebijakan The Fed yang dovish bisa menjadi peluang Indonesia untuk meningkatkan aliran modal asing di 2024, termasuk dari obligasi.

Sepanjang 1 Januari hingga 14 Desember 2023, modal asing masuk bersih ke pasar SBN sebesar Rp 76,66 triliun dan di SRBI Rp 45,35 triliun. Namun, ada modal asing keluar bersih dari pasar saham sebesar Rp17,56 triliun.

Jika merujuk data terbaru, pasar surat utang pemerintah Indonesia alias SBN mengalami penguatan hingga 12 Desember 2023. Total kepemilikan SBN non residen tercatat meningkat Rp 838,52 triliun.

Sementara, menurut PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), penerbitan baru surat utang korporasi 2024 diperkirakan akan berkisar Rp148,15-169,05 triliun, dengan titik tengah pada Rp155,46 triliun.

Namun demikian, dalam riset BCA per 23 Oktober 2023 yang bertajuk On the Horns of A Dilemma, tantangan pasar obligasi RI masih didorong oleh investor dalam negeri pada 2023. Sehingga suku bunga yang lebih tinggi diperlukan untuk menarik investor dalam negeri. Kondisi ini akan bertentangan dengan tujuan pemerintah untuk membatasi beban bunga bagi sektor riil.

Riset itu juga menambahkan, meski suku bunga acuan lebih tinggi, kemampuan investor domestik untuk menyerap lebih banyak SBN juga mungkin mulai melemah karena menurunnya likuiditas di sektor swasta. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement