"Kebetulan juga pada 20 September sehubungan dengan properti asal Tiongkok bernama Evergrande, itu lumayan besar, tapi masalahnya perusahaan tersebut belum mampu melunaskan utang jatuh tempo, itu juga kebetulan membuat terjadinya kondisi panic selling yang pada pergerakan Bursa di regional Asia," tuturnya.
Evergrande Group atau Evergrande Real Estate Group (sebelumnya Hengda Group) merupakan perusahaan pengembang properti terbesar kedua di China dalam hal penjualan, menjadikannya perusahaan terbesar ke-122 di dunia dalam hal pendapatan, menurut 2021 Fortune Global 500 List.
Perusahaan tersebut berbasis di Provinsi Guangdong, China selatan, dan menjual apartemen-apartemen utamanya kepada para pembeli berpendapatan menengah dan ke atas.
Evergrande saat ini dikabarkan masih berupaya untuk menempuh jalur perpanjangan tenor pembayaran di sejumlah bank. Perusahaan ini disebut memiliki kewajiban mencapai USD305 miliar atau setara dengan Rp4.361 triliun (dengan kurs Rp14.300/USD). (TYO)