sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Meracik Porto Saham Pembawa Cuan di 2023

Market news editor Melati Kristina - Riset
02/01/2023 06:30 WIB
Di tahun 2023, terdapat deretan sektor hingga saham yang potensial meski menghadapi tantangan dari perekonomian global hingga dalam negeri.
Meracik Porto Saham Pembawa Cuan di 2023. (Foto: MNC Media)
Meracik Porto Saham Pembawa Cuan di 2023. (Foto: MNC Media)

Menyusul BMRI, saham emiten lainnya yang juga terkerek sepanjang 2022 yaitu MYOR, BBRI, dan ICBP, yang masing-masing melesat sebesar 21,08 persen, 20,44 persen, dan 15,52 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Kendati sebagian besar emiten-emiten di atas mencatatkan kinerja saham yang melesat sepanjang 2022, terdapat dua emiten yang sahamnya masih terkontraksi secara YTD.

Melansir data BEI pada Kamis (29/12), saham EXCL ambles paling dalam, yakni mencapai 31,55 persen. Sedangkan saham SMGR juga terkontraksi hingga 6,51 persen secara YTD.

Walaupun memang, tahun 2023 memiliki prospek yang menarik, investor harus mewaspadai sejumlah risiko di tengah ketidakpastian ekonomi.

Melansir riset BRI Danareksa, di 2023 masyarakat masih dihadapkan dengan risiko makro global, konflik geopolitik yang berkepanjangan, tingginya tingkat suku bunga dan volatilitas Rupiah hingga pertumbuhan ekonomi yang melambat.

Walaupun memang, kondisi tersebut berbeda dengan 2022.

“Sebagai kelanjutan dari tahun 2022, kami perhatikan bahwa risiko eksternal masih tinggi, dengan kenaikan inflasi secara global memenuhi kenaikan suku bunga yang direncanakan,” tulis riset tersebut.

Riset tersebut juga menyebutkan, sinyal The Fed dalam memperlambat kenaikan suku bunga dapat menjadi tanda bahwa kenaikan suku bunga bakal tetap terjadi meski terjadi perlambatan inflasi yang memakan waktu lebih lama.

Sedangkan menurut riset Ciptadana, ekonomi global dapat menghadapi potensi stagflasi di mana IMF merevisi pertumbuhan ekonomi global dari 4,9 persen menjadi 3,6 persen di tahun ini.

Adapun banyak bank sentral global akan mengatasi stagflasi tersebut dengan menaikkan suku bunga, termasuk The Fed.

“Menurut proyeksi kami, setelah memuncak pada kuartal IV-2022, tingkat inflasi Indonesia akan melambat menjadi 4,4 persen pada akhir 2023, dari 6,7 persen pada 2022,” tulis riset tersebut.

Dengan demikian, selain mempertimbangkan sektor yang bakal prospektif di 2023, investor juga perlu mewaspadai kondisi ekonomi global hingga dalam negeri yang bakal terjadi.

Akhir kata, selamat tahun baru 2023.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement