sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Meracik Porto Saham Pembawa Cuan di 2023

Market news editor Melati Kristina - Riset
02/01/2023 06:30 WIB
Di tahun 2023, terdapat deretan sektor hingga saham yang potensial meski menghadapi tantangan dari perekonomian global hingga dalam negeri.
Meracik Porto Saham Pembawa Cuan di 2023. (Foto: MNC Media)
Meracik Porto Saham Pembawa Cuan di 2023. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Sejumlah sektor diproyeksikan punya prospek yang menarik pada 2023. Kendati, sejumlah tantangan dari ekonomi global hingga Tanah Air perlu diwaspadai di tahun depan.

Menurut riset Ciptadana Sekuritas bertajuk “Equity Market Outlook: Optimism Amidst Uncertainy” yang dirilis pada 27 Oktober 2022, kondisi ekonomi Indonesia cukup tangguh.

Kendati berbagai negara mencatatkan pertumbuhan negatif sejak pandemi pada 2020 lalu, IMF hanya memangkas 0,1 persen PDB Indonesia untuk tahun 2022.

“Sejalan dengan itu, pemerintah Indonesia optimistis bahwa pertumbuhan PDB Tanah Air dapat mencapai 5,3 persen di tahun 2023,” tulis riset tersebut.

Di tengah ketidakpastian pada 2023, harga komoditas dipercaya dapat kembali normal, sehingga bisa menjadi katalis positif bagi sejumlah sektor.

Sedangkan, riset Ciptadana juga percaya, kinerja Rupiah akan relatif tangguh dibanding mata uang lainnya, dan diperkirakan akan beradadi Rp14.780/USD di tahun 2023.

Kendati penuh tantangan, Indonesia akan mencerminkan makro yang solid yang berpengaruh terhadap menguatnya pendapatan sejumlah sektor dan perusahaan di tahun 2023.

Adapun, terdapat sejumlah sektor yang diproyeksi memiliki prospek menarik di tahun 2023. Melansir hasil riset dari sejumlah sekuritas yang dihimpun oleh Tim Riset IDX Channel, sektor tersebut di antaranya adalah konsumen, perbankan, telekomunikasi, dan semen.

Sektor Konsumen

Sektor konsumen diproyeksikan akan memiliki potensi menarik di 2023 setelah mengalami tekanan di tahun 2022 akibat tingginya inflasi.

Menurut riset Ciptadana yang disebutkan di atas, perilaku konsumen di era inflasi tinggi berubah seiring sektor konsumen yang tertekan di 2022 akibat lonjakan harga komoditas global.

Adapun, Ciptadana menyebutkan, memasuki 2023, sektor bahan pokok akan mengalami hambatan sejalan dengan harga bahan bakar yang melambat menjadi 3,3 persen di 2023 sebagai akibat inflasi domestik yang diperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mencapai 6 persen di tahun penuh 2022.

“Inflasi yang tinggi menyebabkan kenaikan harga yang tidak merata sehingga memengaruhi pola belanja konsumen hingga mengurangi daya beli masyarakat,” tulis Ciptadana dalam risetnya.

Hal tersebut sejalan dengan survei Nielsen, dikutip dalam riset Ciptadana, yang menyebutkan, pola belanja konsumen kedepannya bakal berubah seiring melonjaknya inflasi karena mereka memilih harga terendah dan mengandalkan promosi.

Akan tetapi, pola ini menyebabkan konsumen lebih memprioritaskan kebutuhan sehari-hari sehingga industri konsumen menaikkan harga jualnya.

“Kami yakin hal tersebut akan menguntungkan sektor konsumen kebutuhan pokok di 2023,” tulis riset tersebut.

Berbeda dengan Ciptadana, riset Mirae Asset Sekuritas bertajuk “Indonesia Strategy 2023 Outlook: Election Boosters” yang diterbitkan pada Selasa (6/12), sektor konsumen non-siklus akan lebih menguntungkan di tahun 2023.

Menurut Mirae Asset, sektor konsumen non-siklus akan memeroleh peningkatan margin dan pertumbuhan pendapatan yang lebih baik di 2023 sebagai dampak dari harga jual yang lebih tinggi dan normalisasi biaya produksi.

Di samping itu, adanya pemilu presiden, legislatif, hingga kepala daerah di tahun 2023 juga  dapat meningkatkan kepercayaan konsumen hingga belanja konsumen di masa pra-pemilu.

Sedangkan, saham pilihan analis dari sektor ini adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).

Sebagaimana dikutip dalam riset Mirae Asset, ICBP menjadi pilihan mereka karena pemulihan margin laba dari emiten yang akan berlanjut di tahun 2023 sebagai normalisasi harga gandum dan Crude Palm Oil (CPO) yang dapat meringankan biaya produksinya.

Selain itu, pertumbuhan pendapatan diproyeksi bakal lebih tinggi hingga beberapa kuartal sebelum pemilu dilaksanakan.

Selain memilih ICBP, Mirae Asset juga memilih MYOR sebagai saham unggulan di sektor ini. Menurut Mirae Asset, MYOR berpotensi mendapatkan keuntungan dari melemahnya Rupiah karena 45 persen pendapatannya berasal dari pasar ekspor.

“Rencana MYOR dalam meningkatkan penjualan sebesar 3-5 persen dari harga per gram produknya di kuartal IV-2022 akan meningkakan margin keuntungannya hingga 18-20 persen dari penjualan per gram harga produknya pada tahun 2022,” tulis riset tersebut.

Selain itu, normalisasi harga gandum, CPO, hingga harga kopi juga dapat mendorong penghasilan emiten ini di 2023.

Sektor Perbankan

Sektor selanjutnya yang dipilih oleh para analis sebagai pilihan utama adalah sektor perbankan dengan pilihan sahamnya berasal dari emiten big four.

Melansir riset Mirae Asset seperti yang disebutkan di atas, sektor perbankan diharapkan dapat membukukan pertumbuhan pendapatan yang akan terus menguat di tahun 2023 didukung oleh pertumbuhan pinjaman, Net Interest Margin, hingga pertumbuhan laba yang lebih tinggi.

Sementara, dikutip dari Mirae Asset, BI berharap pertumbuhan kredit industri perbankan akan berada di kisaran 10-12 persen di tahun 2023.

Sedangkan, dalam risetnya, BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan, kredit perbankan akan tumbuh sebesar 9,3 persen setelah menguatnya rebound di tahun 2022.

Menurut riset BRI Danareksa Sekuritas bertajuk “Market Outlook” yang dirilis pada Desember 2022, industri perbankan harus melihat normalisasi di tahun 2023 pasca kuatnya rebound pasca pandemi di tahun 2022.

BRI Danareksa menyebutkan, perpanjangan kebijakan restrukturisasi pinjaman Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Maret 2024 akan memberikan transisi yang lebih mulus mengingat pemulihan yang tidak merata di seluruh sektor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement