sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Mewaspadai Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Pasar Keuangan hingga Perdagangan RI

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
06/10/2023 07:30 WIB
Pekan ini muram bagi pasar keuangan, saham, hingga komoditas. Pasalnya, kinerja pasar sebagian besar mengalami tekanan.
Mewaspadai Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Pasar Keuangan hingga Perdagangan RI. (Foto: MNC Media)
Mewaspadai Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Pasar Keuangan hingga Perdagangan RI. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pekan ini muram bagi pasar keuangan, saham, hingga komoditas. Pasalnya, kinerja pasar sebagian besar mengalami tekanan.

Di pasar keuangan, dolar Amerika Serikat (AS) masih menunjukkan tajinya di kisaran level 106,5 pada perdagangan Kamis (5/10/2023). Penurunan ini memperpanjang penurunan dari sesi sebelumnya dan mengikuti penurunan imbal hasil Treasury karena data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan.

Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun pemerintah Amerika Serikat naik di atas 4,86 persen pada perdagangan Rabu (4/10). Kinerja yield obligasi pemerintah AS mencapai level tertinggi baru sejak Juli 2007.

Ini juga mendorong kinerja obligasi negara-negara lain menjadi menarik. Obligasi tenor 30-tahun bahkan mendekati 5 persen dan menjadi tingkat yang belum pernah terlihat dalam enam belas tahun terakhir.

Di Eropa, imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10-tahun mencapai 3 persen, tingkat yang belum pernah terlihat sejak Juni 2011.

Di Jepang, imbal hasil obligasi bertenor 10-tahun naik menjadi 0,85 persen untuk pertama kalinya sejak Agustus 2013, meskipun ada intervensi bank sentral Jepang dan pembelian obligasi darurat dari Bank Dunia Jepang. Di Australia, imbal hasil obligasi 10 tahun mencapai 4,7 persen.

Para ekonom di ING dalam sebuah catatan, menganalisis prospek DXY dan menemukan sedikit alasan untuk jual dolar saat ini.

“Level 106,70 saat menjadi support untuk DXY dan arah pergerakannya tetap menuju 108,” tulis analis ING dalam sebuah catatan.

Penguatan dolar berbarengan dengan yield obligasi AS ini menjadi tekanan buat pasar saham dan komoditas. Imbasnya, kinerja rupiah maupun pasar saham jeblok dan bisa dibilang yang terparah di sepanjang tahun ini.

Kinerja Rupiah Sepanjang 2023

Imbas penguatan dolar, rupiah terpantau melemah di sepanjang September. Bisa dibilang, bulan ini mejadi bulan kelabu buat rupiah.

Rupiah sempat jeblok di level terendah sejak awal 2023 dan sempat menyamai level penutupan 6 Januari 2023, melemah Rp15.630 terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa (4/10). (Lihat grafik di bawah ini.)

Pada pembukaan perdagangan Kamis (5/10), rupiah masih bertengger di level Rp15.596 per USD.

Para ekonom di MUFG Bank memprediksikan, rupiah mungkin agak rentan dalam waktu dekat jika suku bunga AS naik lebih lanjut.

“Kami menaikkan proyeksi USD/IDR menjadi 15.600 dalam tiga bulan dan 15.200 dalam 12 bulan. Kami pikir Rupiah mungkin agak rentan dalam waktu dekat jika suku bunga AS naik lebih lanjut, tetapi Bank Indonesia harus mengambil peraturan lebih lanjut untuk mendorong aliran valas jika hal itu terjadi,” ujar MUFG Bank dalam sebuah catatan.

Di kesempatan lain, pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat setelah investor mengantisipasi kebijakan moneter restriktif dalam jangka waktu yang lebih lama.

Hal tersebut dibarengi dengan pandangan hawkish dari Federal Reserve dan imbal hasil Treasury tertinggi dalam 16 tahun.

"Putaran baru inflasi, kekhawatiran kenaikan suku bunga Dolar melonjak pada hari Selasa karena sejumlah pembuat kebijakan The Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga lagi pada bulan November atau Desember untuk menjaga inflasi tetap terkendali dan mendekati target bank sentral sebesar 2 persen per tahun dari saat ini 3,7 persen," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (4/10/2023).

Ibrahim juga memprediksi, mata uang rupiah untuk perdagangan hari ini diprediksi bergerak fluktuatif dan cenderung ditutup kembali melemah di rentang Rp15.620 - Rp15.700.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement