sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Mewaspadai Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Pasar Keuangan hingga Perdagangan RI

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
06/10/2023 07:30 WIB
Pekan ini muram bagi pasar keuangan, saham, hingga komoditas. Pasalnya, kinerja pasar sebagian besar mengalami tekanan.
Mewaspadai Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Pasar Keuangan hingga Perdagangan RI. (Foto: MNC Media)
Mewaspadai Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Pasar Keuangan hingga Perdagangan RI. (Foto: MNC Media)

Dampak Penguatan Dolar Buat RI

Beberapa hal yang perlu diwaspadai dari penguatan dolar dan jebloknya kinerja rupiah ada empat hal. Di antaranya risiko neraca dagang yang tergerus, kaburnya modal asing, goyahnya pasar saham, hingga risiko penurunan cadangan devisa.

  1. Neraca dagang tergerus

RI masih cukup bergantung pada hasil perdagangan internasional yang mengandalkan komoditas-komoditas alam, seperti batu bara, sawit, hingga hasil tambang. Anjloknya nilai tukar dapat mempengaruhi perolehan negara dari aktivitas dagang ini.

Nilai ekspor Indonesia Januari–Agustus 2023 mencapai USD171,52 miliar atau turun 11,85 persen dibanding periode yang sama tahun 2022. Ekspor nonmigas mencapai USD161,13 miliar atau turun 12,27 persen.

Sedangkan penurunan ekspor terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar USD265,6 juta (8,42 persen). Ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 16,58 persen sepanjang Januari–Agustus 2023.

Dari komoditas batu bara misalnya, emas hitam ini masih mengalami penurunan harga 56,55 persen secara year on year (yoy). Per 4 Oktober 2023, harga batu bara diperdagangkan dilevel USD144 per ton, menurun 3,58 persen. Penurunan harga ini cukup berimbas pada pendapatan ekspor Indonesia di bulan Agustus.

Indikasi ini juga terlihat dari surplus neraca dagang yang semakin menyusut sejak tahun lalu. Ini menjadi anomali ketika pemulihan Covid-19 dianggap berhasil, namun perdagangan masih tertekan imbas fluktuasi harga yang signifikan. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Surplus neraca perdagangan per Agustus 2023 juga masih ditopang surplus neraca perdagangan nonmigas. Surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat sebesar USD4,47 miliar, meningkat dibandingkan dengan surplus nonmigas bulan sebelumnya sebesar USD3,20 miliar.

Namun, di sisi lain, perdagangan RI juga masih dihantui oleh defisit neraca perdagangan migas yang masih sebesar USD1,34 miliar per Agustus 2023. Meskipun angka ini tercatat menurun dari USD1,91 miliar pada Juli 2023.

  1. Keluarnya Modal Asing

Penguatan dolar dan melemahnya rupiah bisa mendorong perginya modal asing dari pasar keuangan dalam negeri.

Bank Indonesia (BI) melaporkan modal asing keluar dari pasar RI mencapai Rp7,77 triliun pada pekan kelima September 2023.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (29/9) mengatakan asing jual neto Rp 7,86 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Menurut data Kemenkeu, kepemilikan SBN non residen hingga 3 Oktober 2023 tercatat mencapai Rp823,31 triliun. Angka ini menguat dari sebulan sebelumnya, tapi mengalami penurunan sejak Mei. (Lihat grafik di bawah ini.)

BI juga mencatat terjadi jual neto Rp 2,07 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp2,16 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selama 2023, Erwin mengatakan berdasarkan data setelmen hingga 27 September 2023, terdapat nonresiden beli neto Rp 67,29 triliun di pasar SBN. Selain itu, BI juga mencatat jual neto Rp 5,27 triliun di SRBI.

Di pasar saham, Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam sebulan terakhir, asing melakukan jual bersih hingga mencapai, Rp3,55 triliun di pasar reguler. Meski secara YTD, asing masih melakukan net buy Rp9,61 triliun.

  1. Pasar Saham Goyah

Pada perdagangan Rabu (4/10), seluruh pasar saham global memerah imbas penguatan dolar dibarengi dengan yield obligasi US-Treasury yang mencapai all time high (ATH).

Bursa Asia melanjutkan penurunan pada Rabu (4/10), tenggelam ke posisi terendah dalam beberapa bulan.

Pada sesi penutupan perdagangan, bursa Asia ditutup memerah pada hampir semua indeks. Bursa saham di Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Hong Kong semuanya menurun. Sementara bursa China tetap tutup untuk libur selama seminggu.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement