IDXChannel - Wakil Ketua Dewan Pengawas Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Muliaman Darmansyah Hadad menegaskan, isu keberlanjutan kini bukan lagi menjadi agenda tambahan, melainkan telah menjadi the new normal bagi perusahaan di seluruh dunia.
Pernyataan itu disampaikan merespons data global yang menunjukkan semakin kuatnya komitmen korporasi terhadap penerapan prinsip sustainability dan Environmental, Social, and Governance (ESG).
Dia menjelaskan, menurut data internasional 91 persen perusahaan di Eropa telah patuh terhadap prinsip keberlanjutan. Di Asia Pasifik, tingkat kepatuhan bahkan mencapai 94 persen, sementara di Amerika Utara sekitar 93 persen perusahaan telah menjadikan sustainability sebagai perhatian utama dalam kebijakan bisnis mereka.
"Sustainability ini sudah menjadi standard practice global," ujarnya dalam acara Annual Report Award 2024 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (8/12/2025).
Muliaman menyebut setidaknya ada tiga tren besar yang harus diantisipasi dunia usaha agar tidak tertinggal di tengah perubahan global.
Pertama, refinement of rules atau penyempurnaan regulasi. Menurutnya, pemerintah dan regulator di berbagai negara terus menyempurnakan aturan agar lebih sederhana dan mudah dijalankan.
"Di Eropa, beberapa directive yang sebelumnya rumit kini mulai disederhanakan. Kita akan melihat tren serupa di Indonesia. Regulasi ke depan tidak boleh terlalu kompleks agar tidak menambah beban administratif bagi perusahaan," katanya.
Kedua, peningkatan pengawasan atau greater scrutiny. Perusahaan kini menghadapi sorotan yang semakin ketat, baik dalam laporan keuangan maupun laporan non-keuangan, terkait sejauh mana mereka mematuhi prinsip sustainability dan ESG.
Menurut Muliaman, tekanan datang bukan hanya dari regulator, tetapi juga investor, konsumen, hingga para pemangku kepentingan.
Ketiga, integrasi sustainability ke dalam bisnis inti. Muliaman menilai keberlanjutan tidak lagi menjadi program pendukung, melainkan akan masuk ke inti strategi perusahaan.
"Sustainability akan berada di jantung kebijakan korporasi," katanya.
Selain tren global tersebut, Muliaman juga menyoroti sejumlah target nasional yang harus menjadi acuan dunia usaha. Indonesia, katanya, telah menetapkan target Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat.
Selain itu, pemerintah menargetkan 19-23 persen bauran energi nasional berasal dari energi terbarukan pada 2030.
"Indonesia menargetkan Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat, dan ini harus menjadi acuan perusahaan dalam menyusun strategi bisnis. Selain itu, pada tahun 2030, pemerintah menargetkan 19–23 persen energi nasional berasal dari energi terbarukan. Ini menunjukkan betapa besar komitmen pemerintah," kata Muliaman.
(Dhera Arizona)