Sementara itu, sektor telekomunikasi masih menghadapi tekanan pendapatan, dengan PT Indosat Tbk dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) terbebani penurunan ARPU dan lemahnya permintaan B2C. Kondisi ini diperkirakan berlanjut di paruh kedua 2025.
Sebaliknya, emiten menara mencatat kinerja stabil berkat tambahan sewa bersih (net tenancy) dan margin EBITDA yang tinggi. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel dinilai memiliki potensi kenaikan lewat peluang merger dan akuisisi (M&A).
Di sektor peternakan, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) terpukul harga broiler dan DOC yang menurun. Namun Samuel Sekuritas memperkirakan pemulihan laba di paruh kedua 2025 melalui program afkir (culling) dan kenaikan harga jual.
Adapun komoditas logam mencatat kinerja bervariasi. Emas mencatat kinerja solid berkat harga jual rata-rata (ASP) tertinggi sepanjang sejarah dan permintaan kuat, menopang laba PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam. Sementara nikel mencatat hasil campuran, dengan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) unggul berkat perbaikan margin dan kontribusi entitas asosiasi.
Di sisi lain, sektor batu bara menjadi yang terlemah, tertekan penurunan ASP dan kenaikan biaya produksi. Meski demikian, mekanisme royalti baru berpotensi memberikan tambahan laba bersih hingga 20-40 persen di semester akhir.