Adapun INDY menyiapkan dividen tahun buku 2024 sebesar USD5 juta atau sekitar Rp80 miliar yang telah dibayarkan pada awal Juni 2025.
Di sisi lain, isu lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) masih menjadi faktor penekan bagi sektor batu bara. Sejumlah pemain mulai mengalihkan sebagian investasi ke energi terbarukan, infrastruktur hijau, hingga bisnis non-batu bara.
ADRO dan INDY tercatat sebagai dua emiten paling progresif dalam diversifikasi, meski kontribusi pendapatan non-batu bara masih terbatas sepanjang 2025. ADRO memperluas portofolio melalui pengembangan batu bara metalurgi lewat anak usaha PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), serta mempercepat proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan wind farm di Kalimantan.
Sementara itu, INDY mengalokasikan sebagian besar belanja modal 2025 untuk pertambangan emas, proyek energi hijau, serta menjajaki peluang di ekosistem kendaraan listrik (EV).
ANTM-HRTA, emiten emas yang bersinar
Berbanding terbalik dengan batu bara, subsektor emas justru menikmati tahun yang gemilang. Harga emas dunia mencetak rekor baru sepanjang 2025, didorong ekspektasi pelonggaran moneter global, meningkatnya tensi geopolitik, serta pembelian agresif oleh bank sentral.