Sedangkan laba bersih juga melonjak sebesar 13,71 persen, dari sebelumnya Rp64,7 miliar menjadi Rp73,5 miliar, untuk perbandingan periode yang sama.
Meski dari segi omzet penjualan pada periode ini menurun dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya, namun dari sisi volume penjualan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 4,2 persen, dari 679.066 MT menjadi 707.597 MT.
"Kami cukup gembira atas kinerja enam bulan pertama di 2024 ini. Kami berhasil melakukan efisiensi sekaligus mengoptimalkan sumber daya yang ada di tengah kondisi operasional yang cukup menantang, yaitu adanya kendala curah hujan yang cukup tinggi pada periode Januari hingga Juni 2024. Namun Perseroan masih bisa meningkatkan volume penjualan pada semester 1 tahun ini," ujar Ruddy.
Pada sisi neraca, hingga 30 Juni 2024, NICL berhasil membukukan peningkatan total asset sebesar 7,22 persen dari Rp856,8 Miliar menjadi sebesar Rp918,7 miliar, jika dibandingkan posisi neraca pada 31 Desember 2023
Serta pertumbuhan ekuitas sebesar 4,88 persen dari Rp745,4 Miliar menjadi sebesar Rp781,8 miliar, dari posisi ekuitas pada 31 Desember 2023. Peningkatan tersebut dikontribusikan oleh peningkatan laba tahun berjalan Perseroan.
Tak hanya itu, NICL disebut Ruddy juga menargetkan produksi nikel pada 2024 sebesar 2.600.000 metrik ton (MT), meningkat 41 persen dari realisasi produksi 2023 sebesar 1.847.000 MT.