sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Partai Republik Kuasai DPR, The Fed Hawkish, Begini Nasib Saham-Obligasi AS

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
18/11/2022 12:02 WIB
Kebijakan lebih memiliki dampak terbesar pada ekonomi dan pasar dibanding pengumuman politik.
Partai Republik Kuasai DPR, The Fed Hawkish, Begini Nasib Saham-Obligasi AS. (Foto: MNC Media)
Partai Republik Kuasai DPR, The Fed Hawkish, Begini Nasib Saham-Obligasi AS. (Foto: MNC Media)

Beberapa saham ritel juga terpantau naik. Saham emiten ritel seperti Macy's, Inc. (NYSE:M) naik 12% setelah department store menaikkan prospek laba setahun penuh. Sementara, saham Kohl's Corp. (NYSE:KSS) naik 3,9% setelah proyeksi penjualan dan laba diumumkan.

Saham pembuat chip NVIDIA Corporation (NASDAQ:NVDA) naik 1,5% setelah proyeksi pendapatan triwulan karena permintaan yang kuat dalam bisnis pusat datanya.

Sementara harga minyak terpantau jatuh. Minyak Mentah WTI Futures turun 2,2% menjadi USD83,69 per barel. Adapun harga minyak mentah Brent Oil Futures turun 1,3% menjadi USD91,64 per barel dan harga emas turun 0,8% menjadi USD1.760.

Gejolak pasar di tengah pengumuman politik ini tidak perlu dirisaukan oleh investor. Menurut analisis JP Morgan, pada akhirnya, kebijakanlah yang memiliki dampak terbesar pada ekonomi dan pasar, bukan politik.

Menurut Meera Pandit, Global Market Strategist JP Morgan, pasca pemilu paruh waktu, pemerintahan yang terpecah kemungkinan akan mendorong kebuntuan politik karena hanya ada sedikit area untuk kompromi bipartisan.

Anggaran yang dilaporkan meningkat baru-baru ini menunjukkan bahwa persoalan utang tidak akan menjadi masalah sebelum pemilu 2024. Meskipun terdapat potensi kebuntuan yang mengarah pada shut down government sangat mungkin terjadi di Kongres yang baru.

“Namun, investor tidak perlu panik atas pemerintahan yang terbelah, karena ini adalah konfigurasi politik yang paling umum. Melalui pemerintahan yang terbagi sejak Perang Dunia II, ekonomi tumbuh rata-rata 2,7% dan tingkat pengembalian (return) pasar 7,9%,” kata Meera mengutip website JP Morgan, (18/11)

Meera menambahkan, dalam pemerintahan sebelumnya, tercatat rata-rata pengembalian pasar saham tahunan selama pemerintahan Trump dan Obama hampir identik masing-masing sebesar 16,0% dan 16,3%, dan jauh di atas rata-rata selama 30 tahun terakhir sebesar 10,6%.

Investor yang hanya khawatir tentang kondisi politik yang ada mungkin telah kehilangan return yang menjanjikan akibat ketidaksukaan pada rezim politik tertentu.

“Pasar tidak menyukai ketidakpastian, jadi kita biasanya melihat volatilitas yang lebih tinggi dan pengembalian yang lebih rendah menjelang pemilu,” lanjut Meera.

Sejak 1942, pengembalian pasar saham rata-rata dalam tiga kuartal pertama di tahun pemilu paruh waktu masing-masing adalah -1%, 2% dan 5%, tetapi pengembalian kuartal keempat melonjak menjadi 8%.

“Singkatnya, sejarah menunjukkan bahwa investor tidak boleh bergantung pada preferensi politik dan membiarkan ketidakpastian politik mendikte keputusan investasi mereka,” pungkas Meera. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement