"Kapasitas produksinya 73 ribu hingga 80 ribu metrik ton nikel per tahun. Estimasi biaya capex (capital expenditure/ dsana belanja modal) sebesar US$2,1 miliar untuk pembangunan pabrik, termasuk di dalamnya sekitar US$300 juta untuk tambahan pembangunan fasilitas LNG," tutur Febby.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur INCO, Bernandus Irmanto menambahkan bahwa 70 persen pembiayaan didapat dari pinjaman. Sedangkan sisanya merupakan kontribusi dari masing-masing shareholder, termasuk pihak INCO.
"Secara kepemilikan saham kami nanti akan mendapatkan 49 persen. Sementara partner kami akan mendapat 51 persen. Sebetulnya yang masuk partner bukan perusahaan itu. Nanti ada perusahaan join venture antara mereka yang bakal masuk (sebagai pemegang saham) di proyek Bahadopi," tegas Bernandus. (TSA)