Ciptadana pun merevisi target operasional ANTM untuk periode 2024-2026 dan meningkatkan proyeksi harga bijih nikel karena perkiraan sebelumnya terlalu konservatif.
Ciptadana menurunkan target laba ANTM untuk periode 2024-2026 masing-masing sebesar 13,9 persen, 5,0 persen, dan 18,2 persen menjadi secara berturut-turut Rp2,4 triliun, Rp2,7 triliun, dan Rp2,8 triliun.
Dengan menggunakan basis penilaian EBITDA untuk proyeksi 2025, Ciptadana memangkas target harga saham ANTM menjadi Rp1.400 per saham dari sebelumnya Rp1.500 per saham.
Ciptadana mempertahankan peringkat ‘hold’ (tahan) karena target harga baru hanya memberikan potensi kenaikan (upside) sebesar 8,1 persen.
Broker tersebut menjelaskan, risiko utama terhadap proyeksi atas kinerja ANTM di muka, termasuk soal volatilitas harga nikel, pelonggaran pembatasan ekspor bijih nikel oleh pemerintah, penundaan proyek hilir baterai kendaraan listrik (EV), dan gangguan operasional yang bisa menurunkan target produksi dan penjualan. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.