IDXChannel - Pasar saham Amerika Serikat (AS) yang baru-baru ini melemah dinilai sebuah peringatan kecil di tengah reli yang sebelumnya mendorong saham ke serangkaian rekor tertinggi. Namun, banyak investor melihat penurunan ini sebagai jeda sementara.
Melansir Investing, Senin (10/11/2025), S&P 500 turun 2,4 persen selama delapan sesi terakhir. Kondisi ekonomi AS dan valuasi tinggi saham di sektor kecerdasan buatan (AI) dan teknologi menjadi sentimen yang dinilai membebani pasar.
Meskipun ada kekhawatiran soal valuasi dan konsentrasi pasar, tren bullish dianggap masih didukung fondasi yang kuat. Hal ini didorong pelonggaran suku bunga Federal Reserve (The Fed) hingga lonjakan pengeluaran modal yang dipacu oleh AI.
"Saya tidak melihat perubahan signifikan dalam sentimen, tapi bukan berarti tak bisa terjadi," kata co-head Eaton Vance Equity dan manajer portofolio untuk portofolio ekuitas global di London, Chris Dyer.
Penurunan pasar saham menjadi menarik perhatian karena jarang terjadi sejak pelemahan terakhir yang dipicu tarif pada April. S&P 500 belum pernah turun lebih dari 3 persen dari titik tertingginya sejak April.
Penurunan ini hanyalah "pengingat bahwa volatilitas ada dan itu normal," kata Mike Reynolds, wakil presiden strategi investasi di Glenmede Wealth Management.
Para investor mengatakan volatilitas ini bukan berasal dari perubahan fundamental dalam prospek saham.
"Apa yang kita lihat sekarang adalah sedikit kekhawatiran karena harga saham sudah tinggi, disertai aksi ambil untung oleh investor. Namun, sejauh ini belum ada penjualan besar-besaran yang mengubah arah pasar," kata co-chief investment officer di True Partner Capital, Tobias Hekster.
(NIA DEVIYANA)