Kebijakan yang lebih akomodatif dari pemerintah China terhadap sektor swasta juga menjadi faktor pendukung.
Dari sisi valuasi, Morgan Stanley mencatat bahwa valuasi MSCI Indonesia terus mengalami penurunan, sementara China mendapatkan revisi kenaikan asumsi valuasi menjadi 11,6 kali forward earnings, naik dari sebelumnya 10 kali. Hal ini menandakan diskon valuasi China terhadap pasar negara berkembang lainnya kini menyempit menjadi 7 persen dari sebelumnya 17 persen.
Namun, Morgan Stanley juga mengingatkan bahwa risiko utama terhadap pandangan ini adalah potensi eskalasi ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS), terutama terkait kebijakan perdagangan dan kontrol ekspor. Selain itu, tantangan deflasi di China juga masih menjadi faktor yang perlu diperhatikan oleh investor. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.