sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Penyebab Rupiah Melemah ke Level Rp16 Ribu per USD

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
13/04/2024 13:19 WIB
Nilai tukar rupiah melemah tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bersamaan dengan loyonya mata uang Asia Tenggara lainnya.
Penyebab Rupiah Melemah ke Level Rp16 Ribu per USD. (Foto: Reuters)
Penyebab Rupiah Melemah ke Level Rp16 Ribu per USD. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Nilai tukar rupiah melemah tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bersamaan dengan loyonya mata uang Asia Tenggara lainnya.

Bahkan, menurut data Google Finance dan Trading Economics, rupiah menembus level Rp16 ribu per USD pada Jumat (12/4).

Data Google Finance mencatat, rupiah melemah 0,65 persen secara harian ke Rp16.117 per USD, sedangkan Trading Economics menyebut mata uang Garuda melemah 0,49 persen ke Rp16.110 per USD pada Jumat.

Informasi saja, perdagangan rupiah di pasar domestik ditiadakan sejak 5 April 2024 seiring libur Idul Fitri atau lebaran 2024 sebelum akan kembali dibuka pada 16 April atau Selasa pekan depan.

Sementara, menilik data TradingView, rupiah terakhir diperdagangkan di level Rp15.840 per USD pada 5 April lalu.

Menurut amatan Algo Research, Jumat (12/4), pelemahan rupiah seiring dengan negara ASEAN dan berkembang (emerging market) lainnya di tengah investor kembali mengoleksi dolar Amerika Serikat (AS).

Indeks dolar (DXY) naik 0,72 persen pada Jumat dan mencapai level tertinggi dalam lebih dari lima bulan.

“Dengan demikian [pelemahan rupiah], apakah Bank Indonesia (BI) benar-benar dapat menurunkan suku bunga tahun ini dan berisiko membuat rupiah semakin terdepresiasi?” tanya Algo Research.

Pelemahan rupiah tersebut, mengutip Algo Research, merupakan penghindaran risiko (risk-off) bagi pasar saham dan obligasi karena aset investasi Indonesia menjadi kurang menarik di mata investor global.

“Selain itu, hal ini dapat mendorong inflasi dalam negeri lebih tinggi karena kita mempunyai banyak bahan impor di dalam negeri,” imbuh Algo Research.

Dalam catatan sebelumnya, per 24 Maret 2024, Algo Research menggarisbawahi soal inflasi global yang kemungkinan akan meningkat.

Di dalam negeri, Algo melihat arus dana keluar dari Indonesia (terutama obligasi) ketika investor mulai menilai prospek kebijakan pemerintah—soal defisit tinggi sehingga lebih banyak pinjaman).

Lebih lanjut, “Dot-Plot” The Fed yang relatif lebih hawkish dan stimulus fiskal AS yang berlebihan akan semakin mengapresiasi dolar Paman Sam.

Di sisi lain, masih mengutip Algo, pelemahan mata uang utama Asia seperti Yen dan Yuan kemungkinan akan berdampak pada mata uang negara berkembang lainnya, terutama negara-negara pengekspor, termasuk rupiah.

Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Edi Susianto menjelaskan kepada Bloomberg News (2/4), nilai tukar rupiah sangat terdampak oleh depresiasi yuan, serta kuatnya permintaan dolar AS untuk repatriasi dividen dan arus keluar asing di pasar obligasi.

Edi menambahkan, data inflasi RI per Maret yang berada di atas ekspektasi, didorong oleh tingginya harga pangan, juga berkontribusi terhadap melemahnya mata uang rupiah.

Ekonom Barclays Plc Brian Tan berpendapat, jika nilai tukar rupiah tetap berada di sekitar level psikologis Rp16.000 USD dalam waktu dekat, BI mungkin mempertimbangkan menaikkan suku bunga acuan sebesar seperempat poin menjadi 6,25 persen pada pertemuan 24 April mendatang.

“Kami yakin kenaikan suku bunga bukanlah hal yang mustahil bagi BI,” kata Tan kepada Bloomberg.

“Kami belum berpikir bank sentral secara khusus mengkhawatirkan aktivitas ekonomi atau melihat adanya kebutuhan mendesak untuk menurunkan suku bunga,” tambahnya.

Pada Jumat, menguatnya dolar AS di tengah memanasnya data inflasi AS mendorong sebagian besar mata uang negara berkembang Asia melemah. Mata uang won Korea Selatan (Korsel) dan ringgit Malaysia memimpin penurunan.

Ringgit turun sekitar 0,5 persen, diperdagangkan pada MYR4.767 per USD, level terendah sejak akhir Februari. Sedangkan dolar Taiwan, peso Filipina, dan rupee India, melemah antara 0,1% dan 0,2%.

Dolar Singapura melemah sekitar 0,4 persen menjadi SGD1,358 per dolar, mencapai level terendah sejak pertengahan November, dan won Korsel tergelincir sekitar 0,8 persen. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement