“Mengingat cepatnya pengetatan ini, mungkin masih ada pengetatan yang berarti yang akan dilakukan. Saya dan rekan-rekan berkomitmen untuk mencapai kebijakan yang cukup ketat untuk menurunkan inflasi secara berkelanjutan hingga 2 persen, dan untuk menjaga kebijakan tetap ketat hingga kami yakin bahwa inflasi berada pada jalur menuju tujuan tersebut,” ujar Powell dalam pidatonya dikutip dari website resmi The Fed Jumat (20/10).
Powell juga mengatakan bahwa pihaknya tengah memperhatikan data terkini yang menunjukkan ketahanan pertumbuhan ekonomi dan permintaan tenaga kerja.
“Bukti tambahan mengenai pertumbuhan yang terus-menerus berada di atas tren, atau bahwa pengetatan pasar tenaga kerja tidak lagi berkurang, dapat menempatkan kemajuan inflasi dalam risiko dan memerlukan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut,” imbuh Powell.
Powell juga menyebutkan, perubahan kebijakan moneter yang aktual juga diperkirakan akan mempengaruhi kondisi keuangan secara lebih luas, yang pada gilirannya akan mempengaruhi aktivitas perekonomian, lapangan kerja dan inflasi.
Di awal perdagangan awal pekan, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 1,06 persen menuju USD87,15 per barel sementara minyak Brent berada di kisaran USD91,31 per barel atau turun 0,92 persen pada Senin (23/10).