IDXChannel - Kondisi perekonomian global yang tengah dilanda ketidakpastian diyakini bakal mendorong banyak korporasi untuk melirik sejumlah opsi an-organik dalam memperkuat permodalannya.
Salah satunya dengan melakukan penawaran umum terbatas (PUT) lewat penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), alias rights issue.
Jalan tersebut, menurut sebagian analis, dapat menjadi exit plan yang cukup aman dan realistis untuk dilakukan perusahaan dalam kondisi yang kurang kondusif seperti saat ini.
"Kami melihat right issue akan lebih marak dilakukan seiring dengan potensi perlambatan ekonomi, imbas ketimpangan supply-demand, inflasi tinggi, dan kebijakan agresif mayoritas bank sentral," ujar Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Desy Israhyanti, Jumat (4/11/2022).
Menurut Desy, aksi right issue dinilai cukup menarik sebagai opsi mendapatkan dana murah guna memperkuat bisnis perusahaan, di tengah tren kenaikan suku bunga yang terjadi pada opsi pinjaman perbankan.
Pendapat ini disampaikan Desy sebagai respons atas aksi right issue yang tengah dilakukan oleh PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang konstruksi itu mendapatkan setoran modal secara penuh dari Pemerintah sebesar Rp1,97 triliun pada hari pertama perdagangan rights issue yang dilakukan.
Oleh manajemen ADHI, perolehan dana right issue ditarget mencapai Rp3,8 triliun, yang seluruhnya akan digunakan untuk pengembangan bisnis sekaligus memperkuat struktur modal perusahaan.
"Aksi right issue (ADHI) itu memang disokong oleh dana PMN (Penyertaan Modal Negara). (Dana) Ini tentunya meningkatkan struktur permodalan perusahaan, yang dengan itu berpotensi meningkatkan kinerja keuangan," tutur Desy.
Terlebih, lanjut Desy, ADHI juga mendapatkan proyek pekerjaan Ibu Kota Negara (IKN) dari pemerintah, sehingga dapat meningkatkan raihan kontrak baru, sekaligus menopang profitabilitas perusahaan. (TSA)