IDXChannel - Besarnya potensi pengembangan biogas di Indonesia belum mampu dibarengi dengan realisasi pemanfaatannya di lapangan. Dengan besaran potensi yang tersedia diperkirakan mencapai 32 gigawatt, kapasitas pembangkit bioenergi yang dimiliki saat ini baru mencapai 1.896,5 megawatt saja.
Pemerintah sendiri memiliki target kebijakan ekonomi nasional (KEN) sebesar 5.500 megawatt untuk pembangkit ini pada tahun 2025. Selian itu, pemerintah juga menargetkan 489 juta meter kubik per tahun di tahun 2025 namun realisasinya baru mencapai 26 juta meter kubik per tahun.
Bionersia merupakan salah satu perusahaan rintisan yang konsen dalam pemanfaatan biogas. Almira Ose, President of Bionersia mengatakan, saat ini urgensi pemanfaatan biogas di Indonesia sangat besar, karena kadar gas metan menyumbang polusi 25 kali lebih besar dibandingkan dengan karbondioksida.
“pemanfaatan biogas ini sangat penting untuk mereduksi emisi gas rumah kaca” ujar Almira, dalam program New Power Breakfast IDX Channel, Rabu (27/4/2022).
Selain berguna untuk mereduksi emisi efek rumah kaca, menurut Almira, biogas juga bisa digunakan sebagai pengganti dari bahan bakar berbasis fosil. Disebutkannya pula bahwa sumber biogas sendiri bisa didapatkan dari limbah pertanian dan juga limbah peternakan.
Kondisi ini tidak akan sulit bagi Indonesia, karena untuk sapi potong saja ada sekitar 20 juta ekor, belum lagi jenis sapi lainnya seperti sapi perah dan hewan ternak lain.
Lebih lanjut lagi Almira mengatakan kesulitan yang dihadapi oleh Bionersia untuk memanfaatkan biogas ini adalah lahan. Karena untuk membangun sebuah biodigester memerlukan lahan yang cukup luas. Biodigester sendiri merupakan tempat untuk memproduksi biogas.
“untuk tantangannya sendiri untuk saat ini ada di lahan yang dimiliki warga, karena mereka mengeluh gitu, karena saat ini biodigester itu rata-rata instalasinya dalam kondisi fix dome atau di bawah tanah, sehingga membutuhkan lahan yang cukup luas ” Ucap Almira. (TSA)