Dengan dukungan neraca yang kuat, lanjut Devin, pada tahun lalu, SRTG juga telah menjalankan strategi investasinya dengan meningkatkan kepemilikan di PT MGM Bosco Logistik (MBL), sehingga menjadi pemegang saham mayoritas.
Lebih lanjut, Devin optimistis, dengan fundamental baik yang dimiliki, perusahaan portofolio seperti ADRO dan MDKA akan mampu mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan.
Apalagi dua entitas perusahaan tersebut berada di sektor strategis, yaitu komoditas batubara, emas, nikel dan bisnis hilirisasi komoditas, yang berdampak langsung terhadap perekonomian global maupun domestik.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan SRTG, Lany D. Wong mengatakan, perseroan berhasil dalam memperkuat likuiditas internal pada 2023. Hal ini terlihat dari penurunan posisi utang yang juga berdampak pada terpangkasnya biaya bunga hingga 49% di tahun lalu.
“Keberhasilan ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam mengelola modal secara hati-hati di tengah masih berlangsungnya iklim suku bunga dunia yang tinggi,” kata Lany.
Berdasarkan posisi 31 Desember 2023, perseroan tercatat menurunkan utang bersih hingga 62% menjadi Rp263 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp688 miliar. Perseroan juga sanggup menjaga rasio biaya dan utang tetap berada pada tingkat yang sehat.
“Biaya operasional terhadap NAV masing-masing sebesar 0,5% dan loan to value menjadi 0,4% dari sebelumnya 1,1% pada tahun 2022,” ujar Lany.
Tahun 2024, perseroan akan terus aktif dalam menjalankan strategi investasinya. Langkah ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif.