sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Potensi Merger dan Utang Menggunung BUMN Karya

Market news editor Melati Kristina - Riset
02/05/2023 07:00 WIB
Sejumlah emiten BUMN karya bakal dikabarkan melakukan merger untuk mengatasi utang jumbo hingga kerugian yang ditanggung perusahaan.
Potensi Merger dan Utang Menggunung BUMN Karya. (Foto: MNC Media)
Potensi Merger dan Utang Menggunung BUMN Karya. (Foto: MNC Media)

Sedangkan, pada 18 April 2019, saham WIKA menyentuh Rp2.420/saham. Namun, kini sudah merosot 75,21 persen menjadi Rp600/saham pada Kamis (23/2).

Di samping berada di masa downtrend, saham-saham di atas juga mencatatkan kinerja yang terkontraksi sepanjang 2023. (Lihat grafik di bawah ini.)

Menurut data BEI pada Kamis (27/4), saham WSKT ambruk hingga 35,56 persen secara year to date (YTD). Ini menjadi saham BUMN karya yang mencatatkan kontraksi paling dalam di periode ini.

Menyusul WSKT, saham WIKA dan ADHI juga masing-masing merosot sebesar 25 persen dan 10,33 persen diikuti saham PTPP yang memerah di minus 9,79 persen.

Kendati fundamental emiten BUMN karya mencatatkan kinerja yang merosot, BRI Danareksa masih optimistis dengan kinerja emiten-emiten ini dan memberikan rating overweight bagi industri ini.

Menurut riset BRI Danareksa Sekuritas bertajuk “Infrastructure: Earnings Revision for SOE Contractors” yang dirilis pada Selasa (18/4), emiten BUMN karya melihat adanya sentimen positif jangka pendek bagi sektor ini.

Salah satunya yaitu dari rencana pemerintah untuk merestrukturisasi BUMN karya yang dapat mempercepat program divestasi aset.

“Ini dapat menjadi katalis jangka pendek bagi BUMN karya terutama bagi emiten yang memiliki beban utang tinggi dari investasi besar di masa lalu seperti perumahan,” tulis riset tersebut.

Kendati demikian, industri ini diproyeksikan akan menghadapi sejumlah tantangan, terutama pada saat memasuki tahun politik 2023 hingga 2024 mendatang.

BRI Danareksa mengatakan, tahun politik 2023 hingga 2024 akan berdampak pada sektor konstruksi terutama BUMN karya karena adanya pergantian pemerintahan yang berpengaruh terhadap proyek-proyek yang kini sedang berjalan.

“Oleh karena itu, kami menetapkan pertumbuhan kontrak baru untuk BUMN karya sebesar 10 persen pada tahun 2023, dan untuk tahun 2024 kami memperkirakan pertumbuhan tersebut hanya sebesar 5 persen,” tulis riset tersebut.

Padahal, pada 2022 lalu, pencapaian kontrak baru pada emiten-emiten kontraktor, tak terkecuali BUMN karya mencatatkan pertumbuhan yang kuat, yakni hingga 29,5 persen.

Di samping itu, dengan potensi di atas, BRI Danareksa memproyeksi total burn rate dari emiten BUMN karya meningkat dari 22,8 persen pada 2023 menjadi 25,4 persen pada 2024.

Informasi saja, burn rate merupakan penghitungan untuk mengukur aliran kas negatif perusahaan yang juga disebut sebagai tingkat pembakaran uang sebelum perusahaan mendapatkan keuntungan.

Dengan demikian, bila dana yang dikeluarkan pada burn rate meningkat, maka waktu perusahaan untuk berkembang juga cenderung terhambat.

Kendati terdapat sejumlah tantangan yang mengintai kelangsungan BUMN karya, adanya restrukturisasi hingga upaya merger emiten-emiten ini diharapkan dapat memperbaiki kesehatan keuangan perusahaan kedepannya.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement