“Karena kita memang menyediakan layanan secara online. Hal ini terus berlanjut hingga sekarang, oleh sebab itu kita alokasi capex untuk digital yang biasanya hanya 30 persen saat ini naik menjadi 50 hingga 55 persen,'' jelasnya.
Belanja untuk alat kesehatan pun tetap berjalan, lanjutnya. Namun tidak dialokasikan lagi kepada alat kesehatan seperti APD, melainkan lebih berfokus kepada alat-alat lab.
Sementara itu, kantor cabang yang ditargetkan buka minimal 5 cabang dalam setahun pun kali ini tidak lagi direalisasikan mengingat Prodia akan berfokus untuk mengoptimalkan sistem online serta produktivitas cabangnya.
''Soalnya dari yang kami terima, pasien sering mengeluhkan antrean. Dengan mendaftarkan diri terlebih dahulu melalui online, tentu kenyamanan masyarakat akan meningkat, selain itu kami juga memiliki sistem home service,'' tambahnya.
Untuk informasi, Prodia menghadirkan anak perusahaan PT Prodia Digital Indonesia yang fokus mengembangkan aplikasi U by Prodia, pengembangan Prodia Mobile for Doctor, serta menyediakan pemesanan layanan Home Service dengan jangkauan hingga lebih dari 1.000 lokasi per hari di seluruh Indonesia.
Selain itu, Prodia juga selalu membangun kolaborasi dengan para penyedia layanan kesehatan lainnya, diantaranya Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Alia Hospital, IHH Healthcare Malaysia, serta kemitraan digital lainnya.
(FRI)