Menurutnya, perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia periode semester I-2023 membuat permintaan timah dunia untuk keperluan logam industri terus mengalami penurunan. Dan di sisi lain, banyaknya pasokan timah ke gudang LME membuat harga logam timah dunia berada di bawah tekanan.
Kondisi kinerja produksi tersebut ikut berdampak pada keuangan TINS. Dani menyebut, Timah membukukan pendapatan sebesar Rp8,4 triliun.
“PT Timah membukukan pendapatan sebesar Rp8,4 triliun, adanya penurunan volume penjualan sebesar 6.420 MT dan penurunan harga jual rata-rata logam timah sebesar 4.891 per MT di 2022 berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan sebesar Rp4,1 triliun atau sebesar 33%,” ucap dia.
“Ketidakpercayaan atas volume produksi dan penjualan sesuai target yang ditetapkan, diikuti pula oleh penurunan harga serta struktur biaya yang bersifat peak dan semi variable telah menyebabkan perusahaan rugi tahun berjalan sebesar Rp449,7 miliar atau turun sebesar 143% dibandingkan tahun sebelumnya,” lanjut Dani.
(DES)