IDXChannel – Emiten energi bersih, PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) tersengat cuan di tengah upaya pemerintah untuk mengoptimalkan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) di Tanah Air.
ARKO merupakan emiten yang berkecimpung di bidang EBT dengan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
EBT merupakan sumber energi yang dapat cepat dipulihkan secara alami dan prosesnya berkelanjutan yang dapat bersumber dari tenaga surya, angin, arus air, hingga panas bumi.
Saat ini, emiten ini juga mengoperasikan dua Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan dengan kapasitas masing-masing 7,4 MW dan 10 MW.
ARKO juga memiliki dua proyek PLTM yang masih dalam tahap konstruksi yang diperkirakan akan beroperasi pada 2023 dan 2024 dengan total kapasitas terpasang sebesar 32,8 MW.
Komitmen pemerintah dalam mengotimalkan pengembangan sumber EBT dan mengurangi ketergantungan akan batu bara tentunya menjadi sentimen positif bagi kinerja perusahaan.
Adapun Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa ekonomi hijau menjadi komitmen pemerintah saat ini di tengah ancaman pemanasan global yang kian nyata.
“Harus kita pastikan berjalannya investasi itu untuk menggeser pembangkit batu bara dan menggantikannya dengan energi baru terbarukan,” katanya, dalam sidang kabinet paripurna, Rabu (17/11/2021).
Adapun Jokowi mendapatkan komitmen investasi dari Inggris yang jumlahnya mencapai USD9,29 miliar untuk investasi dalam rangka transisi energi dan ekonomi hijau.
Di samping itu, pemerintah Indonesia juga telah berkomitmen dalam mempercepat transisi energi dengan mematok target bauran energi dan EBT sebesar 25 persen di tahun 2025.
Keuangan dan Saham ARKO Tersengat Cuan
Sebagaimana dilaporkan dalam laporan keuangannya, ARKO membukukan kinerja positif di tengah keseriusan pemerintah dalam menggarap potensi EBT di Tanah Air.
Menurut laporan keuangannya, ARKO memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp116,02 miliar yang bertumbuh 36,06 persen secara year on year (yoy). Selain itu, laba bersih ARKO juga melesat hingga 69,59 persen secara yoy yakni menjadi Rp24,93 miliar.
Meningkatnya pendapatan dan laba bersih ARKO bersumber dari naiknya segmen pendapatan emiten yang signifikan. Adapun segmen pendapatan dari penjualan listrik meningkat hingga 19,25 persen menjadi Rp32,29 miliar.
Sementara peningkatan paling signifikan adalah pendapatan dari jasa lainnya yang melesat 131,65 persen meskipun hanya menyumbang Rp3,85 miliar terhadap pendapatan.
Sedangkan jasa konstruksi menyumbang Rp79,88 miliar terhadap pendapatan dengan peningkatan hingga 41,29 persen.
Adapun PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN sebagai pelanggan pihak ketiga juga menyumbang pendapatan ARKO hingga 99,79 persen yakni sebesar Rp115,78 miliar di semester I-2022.
Selain kinerja keuangan yang apik di semester I-2022, ARKO juga mencatatkan performa saham yang melesat sejak pertama kali melantai di bursa.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan Senin (26/9), harga saham ARKO terkerek hingga 158,33 persen semenjak resmi melantai di bursa pada 30 Juni 2022 lalu.
Sedangkan harga saham ARKO pada periode ini mencapai Rp775/saham, melesat dibanding harga Initial Public Offering (IPO) emiten ini sebesar Rp300/saham.