Dari sisi pasokan, produksi nikel dari Indonesia diproyeksikan akan mulai menormal pada 2027, seiring proyek-proyek besar mencapai kapasitas penuh dan investasi baru melambat akibat kendala regulasi, lingkungan, serta tensi geopolitik.
Ciptadana memperkirakan harga nikel relatif stabil pada kisaran USD15.000 hingga USD17.000 per ton dalam periode tahun fiskal 2025-2027 (FY25-27), dengan peluang pemulihan bertahap menuju USD18.000 hingga USD20.000 per ton pada 2030.
Berdasarkan dinamika ini, proyeksi harga nikel untuk FY25-27 direvisi menjadi masing-masing USD15.800, USD16.000, dan USD16.500 per ton. Untuk periode 2028-2030, proyeksi harga juga dinaikkan, mencerminkan tanda-tanda normalisasi pasar dan membaiknya fundamental.
Sementara itu, menurut Ciptadana, harga emas terus meroket dan diperkirakan mencetak rata-rata USD3.000 per troy ons tahun ini, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata USD2.400 per troy ons pada 2024.
Kenaikan ini didorong oleh kombinasi faktor struktural dan siklikal: akumulasi emas oleh bank sentral negara berkembang yang ingin mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS, meningkatnya ketegangan geopolitik, serta minat investor untuk melindungi nilai terhadap inflasi, depresiasi mata uang, dan instabilitas pasar keuangan.