sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Proyek Geothermal Berisiko, PGEO Diminta Hati-Hati Gunakan Dana IPO

Market news editor Rista Rama Dhany
06/03/2023 23:30 WIB
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) berencana menggunakan 85 persen dana yang didapat initial public offering (IPO) untuk investasi pengembangan usaha.
Proyek Geothermal Berisiko, PGEO Diminta Hati-hati Gunakan Dana IPO (FOTO: MNC Media)
Proyek Geothermal Berisiko, PGEO Diminta Hati-hati Gunakan Dana IPO (FOTO: MNC Media)

“PGE harus bisa memaksimalkan tingkat kesuksesan pengeboran sumur panas bumi dengan potensi kegagalan 30 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan best practice di masa lalu yang potensi gagalnya sangat tinggi,” tambahnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa. Ia menyebut rata-rata investasi untuk pembangkit geothermal sekitar USD5-7 juta per Mega Watt (MW). 

Jika dihitung, jika 1 MW membutuhkan sekitar Rp75 miliar maka uang hasil IPO yang ditarget menjadi 600 MW sangat tidak masuk akal. Jika dibagi antara Rp7,7 triliun dengan Rp75 miliar biaya investasi 1 MW maka hanya didapat 102 MW saja.

Sebelumnya, PGEO menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672MW saat ini menjadi 1.272MW pada tahun 2027. Selain juga mendukung ambisi PGE untuk terus tumbuh dan mengembangkan seluruh value chain dari sumber daya panas bumi Indonesia, sesuai dengan tagline PGE “Energizing Green Future".

Berdasarkan informasi dan data dari prospektus, kapasitas pembangkit listrik panas bumi di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan kuat dari sekitar 2,8GW di tahun 2022 menjadi sekitar 6,2GW di tahun 2030, dengan CAGR sekitar 10,4 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata global pada CAGR sekitar 3,9 persen dalam periode yang sama. 

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement