Memasuki 2025, kontrak kembali bertambah sekitar USD1,5 miliar melalui kerja sama dengan Niaga Jasa Dunia, Bara Prima Mandiri, Freeport Indonesia, serta kontrak overburden removal jangka panjang selama 10 tahun dengan INCO di Bahodopi, Sulawesi.
PTRO juga mempercepat ekspansi ke segmen EPC/EPCI melalui akuisisi Hafar dan Scan-Bilt, sekaligus meningkatkan eksposur terhadap proyek internasional.
Samuel Sekuritas dalam risetnya, Senin (8/12/2025) memperkirakan langkah ini berdampak positif pada profitabilitas struktural.
EBITDA margin PTRO diproyeksi dapat menembus 19,2 persen pada 2026, naik signifikan dari 14 persen pada 2024. Sementara itu, ROE diproyeksi melonjak dari 3,9 persen menjadi 12,5 persen seiring mulai ramp-up proyek-proyek besar.
Untuk menunjang kebutuhan pendanaan dan monetisasi backlog, PTRO telah menerbitkan obligasi dan sukuk senilai Rp3 triliun pada Desember 2024 dan Maret 2025 dengan tenor 1-7 tahun dan kupon 6,5-9,5 persen. Dana tersebut dialokasikan terutama untuk modal kerja, yakni 67 persen untuk material dan jasa, serta 25 persen untuk kebutuhan tenaga kerja.