IDXChannel – Saham emiten rokok PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) kembali menguat pada pembukaan perdagangan, Senin (30/1) setelah rajin menghijau seminggu belakangan.
Melansir data Bursa Efek Indonesia pada Senin (30/1) pukul 10.36 WIB, saham WIIM melesat hingga 4,46 persen ke level Rp820/saham.
Adapun, volume saham yang diperdagangkan mencapai 4,76 juta sedangkan nilai transaksinya sebesar Rp3,89 miliar.
Di samping itu, saham WIIM konsisten menghijau sejak perdagangan Jumat (20/1) hingga pagi ini, Senin (30/1).
BEI mencatat, dalam seminggu belakangan, saham WIIM telah menguat hingga 14,69 persen. Sementara, dalam sebulan terakhir, sahamnya juga terkerek hingga 30,16 persen.
Selain WIIM, saham emiten rokok lainnya, yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga terapresiasi hingga 0,91 persen ke level Rp22.100/saham.
Namun demikian, bila dibandingkan dengan emiten rokok lainnya yang juga menguat belakangan, saham WIIM mencatatkan kinerja yang lebih unggul.
Ditilik dari performa sahamnya secara year to date (YTD), saham WIIM terkerek hingga 30,16 persen. Artinya, mengungguli dua raksasa rokok lainnya, yakni GGRM dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang sahamnya masing-masing naik hingga 22,50 persen dan 13,69 persen secara YTD. (Lihat grafik di bawah ini.)
Mengungguli Kinerja Raksasa Emiten Rokok
Unggulnya saham WIIM dibandingkan dua raksasa emiten rokok tersebut seiring keberhasilan emiten dalam mengatasi naiknya cukai rokok yang membebani pendapatan hingga laba perusahaan.
Melansir riset MNC Sekuritas pada 21 November 2022, bertajuk “Morning Navigator”, WIIM membukukan pendapatan yang meningkat hingga 38,83 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp2,65 triliun pada 9 bulan 2022.
Selain itu, laba bersih tumbuh hingga 55,59 persen yoy menjadi Rp169,31 miliar pada 9 bulan 2022.
“Kami melihat, laba bersih WIIM tumbuh di tengah penurunan laba bersih pemain besar di Industri tembakau,” tulis MNC Sekuritas dalam risetnya.
Di samping itu, MNC Sekuritas menilai, pertumbuhan kinerja keuangan WIIM sejalan dengan tarif cukai atas produk perusahaan yang menggunakan tarif tier 2, yang mana gap antara tier 1 dan tier 2 cukup lebar, yakni mencapai 40 persen.
Informasi saja, hingga kuartal III 2022, laba bersih GGRM anjlok 63,78 persen secara tahunan menjadi Rp1,49 triliun. Pendapatan bersih hanya tumbuh 2,01 persen yoy menjadi Rp93,92 triliun selama 9 bulan pertama 2022.
Ini lantaran beban pita cukai, PPN dan pajak rokok yang mencapai Rp74,35 triliun hingga kuartal III atau 79,16 persen dibandingkan penjualan bersih Gudang Garam.
Setali tiga uang, laba bersih HMSP turun 11,75 persen yoy menjadi Rp4,90 triliun hingga triwulan ketiga tahun 2022. Padahal, pendapatan bersih HMSP naik 15,00 persen yoy Rp83,39 triliun selama periode Januari-September 2022.
Mirip GGRM, beban pita cukai HMSP menggerus bottom line perusahaan, mencapai Rp50,34 triliun. Angka tersebut menyumbang 60,37 persen dari total pendapatan bersih perusahaan hingga kuartal III 2022.
Sedangkan, dari segi valuasi, WIIM lebih murah dibanding dua emiten rokok lainnya. Melansir data Bursa Efek Indonesia per Senin (30/1), angka price to earnings ratio (PER) dari WIIM mencapai 7,36 kali. Sementara rasio price to book value (PBV) dari emiten ini berada di 1,21 kali.
Di sisi lain, angka PER GGRM lebih tinggi, yakni mencapai 21,17 kali kendati PBVnya di bawah WIIM, yakni sebesar 0,75 kali.
Sementara HMSP, PERnya mencapai 17 kali dengan rasio PBV yang lebih tinggi, yakni 4,16 kali.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.