sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Raksasa Migas Dunia Jadi ‘Market Darling’ di 2022, Raup Cuan Juga dari Indonesia

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
03/01/2023 11:37 WIB
Tahun lalu bisa dibilang menjadi tahun bagi perusahaan minyak dan gas (migas) untuk berjaya.
Raksasa Migas Dunia Jadi ‘Market Darling’ di 2022, Raup Cuan Juga dari Indonesia. (Foto: MNC Media)
Raksasa Migas Dunia Jadi ‘Market Darling’ di 2022, Raup Cuan Juga dari Indonesia. (Foto: MNC Media)

Beberapa pemain migas global seperti British Petroleum (BP) hingga Petronas (PNAGF) milik Malaysia juga mengalami kinerja terbaiknya pada tahun lalu. BP berkinerja moncer dengan kenaikan saham 35,85% YoY.

Adapun Saudi Aramco (SAR 32.15) yang sempat membukukan keuntungan terbesar di tahun lalu, sahamnya anjlok sebesar 0,80%. Meski saham anjlok, raksasa minyak Arab Saudi ini mencatatkan laba bersih sebesar USD42,43 miliar di kuartal III 2022.

Meski demikian, raksasa energi Eropa masih diperdagangkan dengan valuasi yang jauh lebih rendah daripada rekan perusahaan Amerika mereka.

Dalam konteks RI, kinerja raksasa migas Exxon masih menyumbang produksi  minyak terbesar. Untuk lifting minyak, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) sebagai representasi Exxon global di Indonesia berhasil mengangkat minyak bumi mencapai 175.366 barel minyak per hari atau 96,4% dari target APBN 2022 sebesar 182.000 bph di bulan April tahun lalu.

Sebagai informasi, EMCL menandatangani Kontrak Kerja Sama (KKS) Cepu sejak 17 September 2005, mencakup wilayah kontrak Cepu di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Adapun ExxonMobil memegang 45% dari total saham partisipasi Blok Cepu. KKS Cepu ini akan berlanjut hingga 2035.

ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Ampolex Cepu Pte Ltd., PT Pertamina EP Cepu dan empat Badan Usaha Milik Daerah di antaranya PT Sarana Patra Hulu Cepu (Jawa Tengah), PT Asri Dharma Sejahtera (Bojonegoro), PT Blora Patragas Hulu (Blora) dan PT Petrogas Jatim Utama Cendana (Jawa Timur) tergabung menjadi kontraktor di bawah KKS Cepu.

Semua perusahaan minyak besar mendapat manfaat dari lonjakan harga minyak saat dunia keluar dari pandemi Covid-19 dan Rusia menginvasi Ukraina.

Namun secara keseluruhan, 2022 adalah tahun yang baik secara tak terduga untuk industri migas yang telah lama menjadi common enemy dalam hal penghasil emisi. Terutama peningkatan kinerja secara finansial, yang pada akhirnya menginspirasi banyak industri lain. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement