IDXChannel – Inflasi tahunan di kawasan Eropa mencatatkan rekor tertinggi ke angka 8,6% per Juni 2022. Lebih dari separuh inflasi tersebut disumbang oleh lonjakan harga energi.
Badan statistik Uni Eropa, Eurostat, Selasa (19/7/2022), mengonfirmasi data estimasi sebelumnya terkait indeks harga konsumen 19 negara di kawasan Eropa yang melonjak lebih tinggi di angka 8,6% (yoy) dari rekor sebelumnya sebesar 8,1% yoy pada Mei dan 7,4% pada April.
Mengutip data Eurostat, Selasa (19/7), pada bulan Juni, kontribusi tertinggi terhadap tingkat inflasi tahunan kawasan Euro berasal dari energi (+4,19 poin persentase/pp), diikuti oleh makanan, alkohol & tembakau (+1,88 pp), jasa (+1,42 pp) dan barang industri non-energi (+1,15 pp).
Negara dengan tingkat inflasi tahunan Juni tertinggi di zona euro adalah Estonia di mana harga melonjak 22% pada bulan Juni. Nama lainnya, Lithuania mencatatkan inflasi 20,5%, Latvia 19,2% dan Slovakia 12,6%.
Sementara, pertumbuhan inflasi terendah terjadi di Malta sebesar 6,1%, Prancis 6,5% dan Finlandia dengan 8,1%. Adapun, tingkat inflasi Jerman adalah 8,2%.
ECB Bersiap Lebih Agresif?
Melansir Reuters, demi menekan inflasi yang meninggi tersebut, Bank sentral Eropa (ECB) saat ini sedang mempertimbangan untuk mengerek suku bunga lebih tinggi dari perkiraan pelaku pasar (sebesar 50 basis poin/bps) pada rapat ECB pada Kamis lusa (21/7).
Hal tersebut diungkapkan dua sumber yang mengetahui diskusi terkait hal tersebut kepada Reuters, Selasa (19/7).
Sebelumnya, dalam sebuah jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom akhir pekan lalu, mayoritas mengharapkan ECB untuk tetap pada ‘panduannya’ dan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin minggu ini, Kendati sebagian lainnya mengatakan , ECB akan menaikkan suku bunga setengah poin (50 bps).
Sebagai gambaran, inflasi Eropa yang tinggi dan meningkat di tengah pertumbuhan ekonomi yang melambat dan krisis politik di Italia turut membuat investor gelisah.
Sementara, bank sentral utama lainnya telah menaikkan suku bunga lebih agresif, di kisaran 75 atau bahkan 100 basis poin, turut meningkatkan tekanan pada ECB untuk berbuat lebih banyak.
Namun, jelas sumber Reuters, risiko resesi di zona euro, terutama jika Rusia menghentikan pasokan gas alam, membuat beberapa pejabat utama ECB lebih berhati-hati dalam menghambat pertumbuhan. (ADF)