Rekomendasi ini menimbang pendapatan ANTM yang terdiversifikasi, potensi tambahan pendapatan dari proyek smelter Halmahera; dan eksposur ke proyek Indonesia Battery Corporation (IBC).
Untuk kinerja saham, ANTM pada perdagangan Jumat (2/12/2022) ditutup stagnan pada 2.040. Adapun pada 5 hari perdagangan terakhir saham ANTM bergerak naik 4,88%, namun secara ytd turun 12,82%.
Untuk INCO, persediaan nikel berupa barang jadi naik dari USD17,42 juta menjadi USD23 juta. Sedangkan dalam proses mengalami penurunan dari USD57,83 juta menjadi USD45 juta di kuartal III 2022.
Jika melihat volumenya, INCO telah memproduksi 43.907 ton nikel hingga kuartal III 2022. Besaran tersebut turun dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar 48.373 ton nikel dalam matte. Namun, jika melihat kuartal ke kuartal (q-to-q) produksi nikel dalam matte INCO mengalami kenaikan 39% dari 12.567 metrik ton di kuartal II 2022.
Sedangkan pergerakan saham INCO pada Jumat lalu berakhir menguat 1,37% di level 7.400. Dalam 5 hari perdagangan, saham INCO naik 4,23% dan secara ytd melesat 55,46%.
(SLF)