sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

RI Kalah Gugatan di WTO, Intip Prospek Emiten Nikel

Market news editor Anggie Ariesta
04/12/2022 10:13 WIB
Meski kinerja emiten nikel diproyeksi tidak akan semoncer tahun ini, ada dua perusahaan yang terus mendukung program hilirisasi nikel di Indonesia.
RI Kalah Gugatan di WTO, Intip Prospek Emiten Nikel. (Foto: MNC Media)
RI Kalah Gugatan di WTO, Intip Prospek Emiten Nikel. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pemerintah tak akan menyerah begitu saja dengan kebijakan larangan ekspor bijih nikel meski digugat Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia World Trade Organization/WTO. 

Meski kinerja emiten nikel diproyeksi tidak akan semoncer tahun ini, ada dua perusahaan yang terus mendukung program hilirisasi nikel di Indonesia.

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sendiri memiliki program investasi mendukung hilirisasi nikel di Indonesia senilai sedikitnya Rp130 triliun dengan energi bersih dengan potensi menyerap 30.000 tenaga kerja di Sulawesi.

Adapun komitmen hilirisasi INCO bakal tetap berlanjut dengan alokasi investasi yang terbilang besar mendatang. Rencana investasi dan kinerja perusahaan bakal tetap berfokus pada pengembangan nilai tambah nikel di dalam negeri.

Sedangkan emiten pelat merah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam menilai gugatan WTO tak akan menghambat pengembangan proyek baterai kendaraan listrik nasional. Antam justru akan melakukan investasi lebih intensif pada proyek hilirisasi nikel tersebut.

Dalam 12 bulan ke depan, beberapa analis menilai terdapat sejumlah sentimen yang mewarnai harga komoditas pertambangan ini. Salah satunya yakni potensi perlambatan ekonomi yang berdampak kepada permintaan komoditas.

Perlu diketahui, nikel banyak digunakan sebagai bahan pembuatan baja anti karat. Jika ekonomi melambat, permintaan bahan baku untuk industri manufaktur juga akan menurun.

Kebijakan lockdown di China dan kebijakan kenaikan suku bunga juga akan mempengaruhi harga komoditas logam ini. Dari sisi suplai, industri nikel Indonesia diperkirakan bakal terus tumbuh ke depan mengingat pemerintah menargetkan 30 smelter nikel beroperasi pada 2024.

Kapasitas produksi nikel diproyeksi akan cenderung naik selama dua sampai tiga tahun ke depan, dan akan menjadi salah satu pemberat harga nikel seiring melimpahnya pasokan.

Mirae Asset Sekuritas menurunkan rating sektor pertambangan logam Indonesia menjadi netral. Saham ANTM sebagai pilihan utama (top picks). Rekomendasi untuk ANTM adalah buy dengan target harga Rp2.300.

Rekomendasi ini menimbang pendapatan ANTM yang terdiversifikasi, potensi tambahan pendapatan dari proyek smelter Halmahera; dan eksposur ke proyek Indonesia Battery Corporation (IBC).

Untuk kinerja saham, ANTM pada perdagangan Jumat (2/12/2022) ditutup stagnan pada 2.040. Adapun pada 5 hari perdagangan terakhir saham ANTM bergerak naik 4,88%, namun secara ytd turun 12,82%.

Untuk INCO, persediaan nikel berupa barang jadi naik dari USD17,42 juta menjadi USD23 juta. Sedangkan dalam proses mengalami penurunan dari USD57,83 juta menjadi USD45 juta di kuartal III 2022.

Jika melihat volumenya, INCO telah memproduksi 43.907 ton nikel hingga kuartal III 2022. Besaran tersebut turun dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar 48.373 ton nikel dalam matte. Namun, jika melihat kuartal ke kuartal (q-to-q) produksi nikel dalam matte INCO mengalami kenaikan 39% dari 12.567 metrik ton di kuartal II 2022.

Sedangkan pergerakan saham INCO pada Jumat lalu berakhir menguat 1,37% di level 7.400. Dalam 5 hari perdagangan, saham INCO naik 4,23% dan secara ytd melesat 55,46%.

(SLF)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement