IDXChannel - Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) diproyeksi makin moncer usai sukses menggalang dana melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
BSI mencatat pemesanan saham baru yang oversubscribed 1,4 kali. Pengamat saham syariah Asep Muhammad Saepul Islam menilai, kepercayaan investor terhadap prospek bank syariah terbesar di Indonesia itu makin tinggi.
“Jika dilihat sekilas nampak sudah mulai ada pembalikan arah dari support kuat Rp1.075- Rp1.095,” ujarnya yang dikutip dari pernyataan resmi oleh MPI, Kamis (29/12/2022).
Menurut Asep, resisten kuat berikutnya terlihat pada pergerakan 200 harian, yakni pada level 1.430-1.440.
“Jika ini berhasil ditembus, kemungkinan akan menguji resisten berikutnya di Rp1670–Rp1.705,” ujarnya.
Ia menambahkan, harga saham BRIS saat ini masih di bawah level harga wajar. Bila melihat dari sisi fundamental, harga wajar BRIS pada kisaran level 1.550 hingga 2.100. Sehingga jika diambil rata-rata target harga analis ada di kisaran Rp1.838.
Bila melihat kurva mingguan dalam tiga bulan terakhir, kemungkinan BRIS akan menguji resistensi pada level Rp1.705. Apabila berhasil ditembus, maka nilai wajar secara fundamental pada level Rp1.835 dan berikutnya Rp1.965.
Senada, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai saham BRIS memiliki prospek yang sangat baik. Hal ini terbukti dengan adanya kelebihan pemesanan dari penerbitan saham baru perusahaan.
“Kinerja laporan keuangan BRIS lumayan kuat dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” katanya secara terpisah.
Adapun sejak akhir perdagangan saham baru, kinerja BRIS menguat 9,96%. Pada perdagangan Rabu (28/12), saham ditutup pada level Rp1.270.
Saham BRIS tercatat diperjualbelikan 6.110 kali dengan rata-rata nilai Rp1.275 per saham. Perusahaan mencatat kapitalisasi pasar senilai Rp58,55 triliun dengan volume saham yang diperdagangkan sebanyak 35,36 juta.
Sebagaimana diketahui, BSI membukukan laba bersih Rp3,21 triliun pada kuartal III/2022 atau naik 42% secara tahunan (year-on-year/yoy). Capaian ini merupakan salah satu yang tertinggi di kelasnya.
Laba bank syariah terbesar di Indonesia itu disokong oleh indikator profitabilitas yang solid. BSI mencatat tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) 2,08% pada kuartal III/2022 atau naik 38 basis poin (bps) dibandingkan dengan posisi September 2021.
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), bank membukukan pertumbuhan 11,86% yoy, menjadi Rp245,18 triliun. Pertumbuhan DPK ini didorong porsi dana murah atau current account savings account (CASA) yang naik dari 55,80% menjadi 60,90%.
(DES)