Perlambatan tajam pada inflasi konsumen Malaysia, dikombinasikan dengan pertumbuhan ekonomi yang moderat, mendorong pasar memperkirakan bank sentral Malaysia akan mempertahankan kebijakan moneternya yang akomodatif hingga akhir tahun 2024.
Bank sentral AS sebagai poros kebijakan moneter banyak bank sentral dunia sedang mempertimbangkan langkah tambahan untuk memperketat kebijakan dan mungkin secepatnya pada minggu depan.
Kondisi ini bisa meningkatkan dolar lebih jauh dengan mengorbankan Asia karena bisa mendorong arus keluar modal ke AS semakin cepat.
Di Tanah Air, sepanjang perdagangan kemarin saja, asing di pasar saham RI telah melakukan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp1,39 triliun.
Dana asing sudah keluar dari pasar saham RI sebesar Rp2,44 triliun dalam sepekan dan mencapai Rp5,12 triliun selama Oktober.
Secara keseluruhan, Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan domestik sebesar Rp 4,32 triliun pada periode 9-12 Oktober 2023.
Nilai tersebut terdiri dari modal asing keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) Rp 4,62 triliun dan dari pasar saham Rp 0,10 triliun, dan modal asing yang masuk di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Rp 0,40 triliun.
Asia Tenggara telah mengalami kemajuan yang sangat panjang sejak terjadinya krisis keuangan di kawasan ini pada 1997.
Bank telah berkinerja jauh lebih stabil dan transparan, pasar lebih dalam, hubungan antara sektor publik dan swasta tidak terlalu dekat, dan cadangan devisa cukup besar.
Namun seperti yang terjadi 26 tahun yang lalu, risiko pengetatan berlebihan yang dilakukan The Fed merupakan sinyal bahaya yang jelas dan nyata bagi nilai tukar.
Dampak inflasi yang diakibatkan konflik Hamas-Israel juga masih belum bisa diprediksi. Namun, Asia Tenggara harus menghadapi dampak buruk dari melonjaknya harga energi dengan mempertahankan suku bunga pada tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pertumbuhan.
Kenaikan suku bunga yang mengejutkan pada minggu lalu oleh Bank Indonesia menyoroti tantangan berat yang dihadapi bank sentral Asia dalam mempertahankan mata uang mereka dan mengendalikan inflasi.
Pada tanggal 19 Oktober, BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan Indonesia seperempat poin persentase menjadi 6 persen. (ADF)