Realisasi belanja negara hingga Maret 2025 hanya tumbuh 1,37 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp620,3 triliun. Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan belanja pemerintah pusat sebesar 3,37 persen yoy menjadi Rp413,2 triliun, termasuk belanja kementerian/lembaga (K/L) yang menyusut 11,75 persen yoy menjadi Rp217,1 triliun.
“Lambatnya realisasi belanja pemerintah menjadi tantangan tersendiri bagi ekonomi domestik. Namun, untuk pasar valuta asing, sentimen eksternal saat ini menjadi faktor dominan,” kata Ibrahim.
Dengan realisasi fiskal yang belum optimal dan berbagai tekanan ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 diperkirakan hanya berada di kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen, lebih rendah dibanding kuartal IV-2024 yang mencapai 5,02 persen. Sebelumnya, proyeksi awal berada pada kisaran 4,5 persen hingga 5,0 persen.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.700-Rp16.770 per dolar AS.
(Febrina Ratna Iskana)