Berdasarkan laporan S&P Global, sektor manufaktur Indonesia terus mengalami penurunan pada pertengahan menuju triwulan kedua dipicu turunnya output dan permintaan baru yang terus melemah sejak April lalu. Penurunan permintaan pesanan baru pada Mei 2025 merupakan kondisi terparah dalam waktu hampir 4 tahun terakhir yang menyebabkan anjloknya volume produksi.
Kinerja ekspor juga disebut terus menurun, sementara perusahaan manufaktur nasional masih berupaya menyesuaikan inventaris dan tingkat pembelian menanggapi kondisi permintaan yang lemah. Kendati demikian, jika melihat tingkat keyakinan pengusaha disebut masih menguat lantaran perkiraan output produksi yang masih menguat dan upaya menyerap tenaga kerja.
Lebih terperinci, laporan S&P Global menjelaskan kinerja ekspor terus turun pada Mei, sementara kondisi permintaan yang tidak bergerak mendorong perusahaan menahan pembelian dan menyesuaikan inventaris. Permintaan global juga terus menurun, meskipun pada laju yang lebih lambat, dan produsen melaporkan penurunan ekspor khususnya ke AS.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.200 - Rp16.250 per USD.
(kunthi fahmar sandy)