Data tersebut mendukung ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memperketat kebijakan moneter lebih lanjut, dengan Fed fund futures memperkirakan peluang hampir empat-dalam-lima dari kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Mei 2022. Imbal hasil dua tahun mencapai level tertinggi tiga tahun sebesar 2,4930%.
Dari sisi domestik, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Kuartal Pertama tahun 2022 berada di kisaran 5 persen karena sejumlah sektor mencatatkan kinerja positif atau pulih dari dampak pandemi Covid-19. Tren pemulihan terjadi sejak 2021 terus berjalan di berbagai sektor dan lini.
Proyeksi ini menunjukkan pemulihan menuju tren yang beberapa tahun terakhir terjadi di Indonesia, yakni pertumbuhan terjaga di kisaran 5 persen. Pada Kuartal Keempat tahun 2021, pertumbuhan ekonomi tercatat berhasil mencapai 5,02 persen. Hal Ini yang kemudian menjadi sumber optimisme, bahwa perekonomian terus bergerak ke arah yang lebih baik.
Penopang terbesar adalah kenaikan harga komoditas, seperti batu bara dan crude palm oil (CPO) berkontribusi besar terhadap penerimaan negara sejak tahun lalu. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tercatat meningkat pesat sejak akhir 2021 hingga Februari 2022 lalu, dan berpotensi masih berlanjut pada Maret 2022.
Faktor itu di satu sisi berkontribusi terhadap penerimaan dan pertumbuhan ekonomi. Namun, disisi lain, tingginya harga minyak membuat pemerintah memutuskan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax dan menjadikan pertalite sebagai BBM bersubsidi.