Data pada hari ini, Senin (19/5/2025), menyoroti kesulitan berkelanjutan bagi ekonomi China, karena Beijing berjuang untuk menopang pertumbuhan dan belanja konsumen.
Fokus sekarang pada lebih banyak sinyal ekonomi yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang, termasuk pertemuan Reserve Bank of Australia, data inflasi konsumen Jepang, dan sejumlah pembicara Federal Reserve AS.
Dari sentimen domestik, pasar merespons positif tentang kontribusi hilirisasi terhadap capaian investasi Indonesia terus meningkat. Pada kuartal I-2025, program hilirisasi berhasil membawa investasi Rp136,3 triliun dari keseluruhan investasi periode tersebut yang sebesar Rp465,2 triliun.
Kontribusi itu setara 29,3 persen dari total realisasi investasi dan capaian tersebut merupakan yang terbesar dalam 3 tahun terakhir. Jika dibanding periode yang sama tahun lalu, realisasi investasi hilirisasi meningkat 79,8 persen dari yang sebelumnya sebesar Rp75,8 triliun. Pemerintah terus menerima tawaran investasi di hilirisasi dari para investor.
Naiknya kontribusi hilirisasi tak lepas dari semakin banyaknya komoditas yang dapat dikembangkan dan pasar baru terbuka lebar sehingga pemerintah terus berusaha untuk membuka lapangan kerja baru. Sebelumnya program hilirisasi lebih terkonsentrasi pada komoditas nikel.
Selain di sektor mineral, hilirisasi kini diarahkan untuk sektor perkebunan dan kehutanan, minyak dan gas bumi, hingga perikanan dan kelautan. Pemerintah akan terus mendorong hilirisasi demi memberikan nilai tambah bagi negara.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.370-Rp16.440 per dolar AS.
(Febrina Ratna Iskana)