Kemudian, guncangan harga telah mempengaruhi sebagian besar negara. Terutama negara-negara berkembang terutama negara pengimpor energi yang menghadapi beban tertinggi.
Baca Juga:
"Kemudian pengetatan kebijakan moneter global yang lebih cepat dari yang diantisipasi, dan ini juga menciptakan ancaman bagi pemulihan ekonomi. Dan saya prediksi, situasi global akan tetap sulit di tahun 2022 dan mungkin dapat meluas hingga tahun 2023," ujar Ibrahim.
Di samping itu, ia memprediksi untuk perdagangan pekan depan, Senin (17/10), mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.410 - Rp 15.460.
(FRI)